Dunia selebritas sedangkan
dihebohkan dengan tindakan salah satu artis muslimah yang melepas hijab yang
selama ini dipakainya. Konon kabarnya karena ada bisikan hati yang membuatnya
melepas hijab. Dan kunjungannya ke Jepang juga disebut-sebut membawa andil ke
dalam buah pemikirannya.
Tentang Jepang dan kepercayaannya, si mbak artis ini
sepertinya termasuk yang telat tahu tentang apa keyakinan masyarakat Jepang.
Sejak pertengahan 90-an, zaman happeningnya dorama (drama Jepang) dan manga
(komik Jepang), saya sudah tahu apa dan bagaimana kepercayaan orang Jepang. Ga
perlu jauh-jauh ke sana untuk tahu itu. Di banyak komik Jepang sudah sering
dimasukkan dalam cerita terutama ada beberapa yg kental banget nuansa
spiritualnya. Misal, komik Kanata Kara (Dunia Mimpi) karya Kyoko Hikawa. Di komik
itu digambarkan bagaimana manusia ketika berkomunikasi dengan
"semesta" dia akan mendatangkan kekuatan dahsyat yang mampu
menghancurkan kegelapan.
Ada lagi komik Garasu no Kamen (Topeng Kaca) yang di dalamnya
juga ada episode yg menceritakan legenda masyarakat setempat yaitu Bidadari
Merah di mana gambarannya mirip dengan komik sebelumnya. Tentang hubungan
manusia dengan semesta dan kemampuan manusia mendapatkan kekuatan bila
"bersatu" dengan semesta.
Ketinggalan zaman atuh kalau baru sekarang "takjub"
ama keyakinan itu. Kesiangan itu namanya, eh bukan, udah kemalaman
malahan.
Ini namanya culture shock. Bahasa Indonesianya gegar budaya.
Kaget dengan kondisi budaya masyarakat lain yang berbeda dengan budayanya
sendiri tapi ditafsirkan secara dangkal.
Hanya pertolongan dari Allahlah saya tidak terpengaruh sama
sekali dengan apa yg saya baca saat itu. Mikirnya itu cuma keyakinan orang
sana. Saya punya keyakinan sendiri. Titik. Ga pake mempertanyakan ini itu. Ma
sya Allahu la quwwata illa billah. Alhamdulillah bi idznillah.
Dan ketika akhirnya di tahun 1997 saya beneran pergi ke
Jepang, ya biasa aja. Ga ada culture shock terhadap masyarakat sana. Bersih,
iya. Tertib, iya. Rapi, iya. Semua saya lihat sendiri. Kagum, iya. Tapi sampai
mengaitkan ke aqidah? Alhamdulillah ga ada pikiran kaya gitu. Bener-bener
bersyukur Allah sudah menjaga keimanan saya bahkan di kondisi saya yang masih
sangat jahil, pake banget dah jahilnya. Bisa jadi itu wujud terkabulnya doa
orangtua maupun kakek nenek saya yang ingin keturunannnya dijaga agamanya.
Kita prihatin dan sedih atas musibah yg menimpa saudari
muslimah kita ini. Tapi jangan berhenti sampai sini. Jadikan ini wake up call
untuk makin erat menjaga aqidah keluarga kita. Ajarkan mereka agar tidak
gampang terpesona dengan sosok idola. Mau dia artis atau orang terkenal dengan
sederet gelar hingga S3 sekalipun bila jauh dari perintah Rabbnya maka tak
perlu dijadikan rujukan apalagi panutan. Tinggalkan pendapatnya, tinggalkan
acaranya, tinggalkan programnya. Jangan ditonton, jangan diikuti, jangan
dilihat.
Rujukan
bagi kita orang Islam adalah mereka yang disebut 'ulama. Orang-orang yang
berilmu. Apakah berilmu di sini diukur dengan seberapa banyak gelar yang
diraih? Sama sekali tidak. Allah sudah memberi ukuran bagaimana yang disebut
ulama itu.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para ulama.”
(Q.S.
Fathir: 28)
Yang
takut kepada Allah.
Itu
parameter utamanya.
Jadi
jika ada manusia terkenal di muka bumi, kekayaannya melimpah, jabatannya
tinggi, gelarnya berjejer dari S1 hingga S3, namun tak ada rasa takut pada
Rabbnya, maka yang demikian bukanlah ulama dan tak pantas jadi rujukan apalagi
diikuti pendapatnya.
Akhir
kata, mari kita doakan si mbak artis ini semoga Allah masih beri panjang usia
untuk bisa kembali menjemput hidayah.
Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar