Selasa, 14 November 2017

CULTURE SHOCK


Dunia selebritas sedangkan dihebohkan dengan tindakan salah satu artis muslimah yang melepas hijab yang selama ini dipakainya. Konon kabarnya karena ada bisikan hati yang membuatnya melepas hijab. Dan kunjungannya ke Jepang juga disebut-sebut membawa andil ke dalam buah pemikirannya.

Tentang Jepang dan kepercayaannya, si mbak artis ini sepertinya termasuk yang telat tahu tentang apa keyakinan masyarakat Jepang. Sejak pertengahan 90-an, zaman happeningnya dorama (drama Jepang) dan manga (komik Jepang), saya sudah tahu apa dan bagaimana kepercayaan orang Jepang. Ga perlu jauh-jauh ke sana untuk tahu itu. Di banyak komik Jepang sudah sering dimasukkan dalam cerita terutama ada beberapa yg kental banget nuansa spiritualnya. Misal, komik Kanata Kara (Dunia Mimpi) karya Kyoko Hikawa. Di komik itu digambarkan bagaimana manusia ketika berkomunikasi dengan "semesta" dia akan mendatangkan kekuatan dahsyat yang mampu menghancurkan kegelapan. 
Ada lagi komik Garasu no Kamen (Topeng Kaca) yang di dalamnya juga ada episode yg menceritakan legenda masyarakat setempat yaitu Bidadari Merah di mana gambarannya mirip dengan komik sebelumnya. Tentang hubungan manusia dengan semesta dan kemampuan manusia mendapatkan kekuatan bila "bersatu" dengan semesta.

Ketinggalan zaman atuh kalau baru sekarang "takjub" ama keyakinan itu. Kesiangan itu namanya, eh bukan, udah kemalaman malahan. 

Ini namanya culture shock. Bahasa Indonesianya gegar budaya. Kaget dengan kondisi budaya masyarakat lain yang berbeda dengan budayanya sendiri tapi ditafsirkan secara dangkal.
Hanya pertolongan dari Allahlah saya tidak terpengaruh sama sekali dengan apa yg saya baca saat itu. Mikirnya itu cuma keyakinan orang sana. Saya punya keyakinan sendiri. Titik. Ga pake mempertanyakan ini itu. Ma sya Allahu la quwwata illa billah. Alhamdulillah bi idznillah.
Dan ketika akhirnya di tahun 1997 saya beneran pergi ke Jepang, ya biasa aja. Ga ada culture shock terhadap masyarakat sana. Bersih, iya. Tertib, iya. Rapi, iya. Semua saya lihat sendiri. Kagum, iya. Tapi sampai mengaitkan ke aqidah? Alhamdulillah ga ada pikiran kaya gitu. Bener-bener bersyukur Allah sudah menjaga keimanan saya bahkan di kondisi saya yang masih sangat jahil, pake banget dah jahilnya. Bisa jadi itu wujud terkabulnya doa orangtua maupun kakek nenek saya yang ingin keturunannnya dijaga agamanya.

Kita prihatin dan sedih atas musibah yg menimpa saudari muslimah kita ini. Tapi jangan berhenti sampai sini. Jadikan ini wake up call untuk makin erat menjaga aqidah keluarga kita. Ajarkan mereka agar tidak gampang terpesona dengan sosok idola. Mau dia artis atau orang terkenal dengan sederet gelar hingga S3 sekalipun bila jauh dari perintah Rabbnya maka tak perlu dijadikan rujukan apalagi panutan. Tinggalkan pendapatnya, tinggalkan acaranya, tinggalkan programnya. Jangan ditonton, jangan diikuti, jangan dilihat.
Rujukan bagi kita orang Islam adalah mereka yang disebut 'ulama. Orang-orang yang berilmu. Apakah berilmu di sini diukur dengan seberapa banyak gelar yang diraih? Sama sekali tidak. Allah sudah memberi ukuran bagaimana yang disebut ulama itu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para ulama.”
(Q.S. Fathir: 28)

Yang takut kepada Allah.

Itu parameter utamanya.

Jadi jika ada manusia terkenal di muka bumi, kekayaannya melimpah, jabatannya tinggi, gelarnya berjejer dari S1 hingga S3, namun tak ada rasa takut pada Rabbnya, maka yang demikian bukanlah ulama dan tak pantas jadi rujukan apalagi diikuti pendapatnya.

Akhir kata, mari kita doakan si mbak artis ini semoga Allah masih beri panjang usia untuk bisa kembali menjemput hidayah.

Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar