Jumat, 17 November 2017

GO BACK COUPLE

Judul postingan ini mungkin buat sebagian orang agak membingungkan. Tapi untuk penggemar drama korea akan tidak asing dengan judul itu. Yup, itu judul sebuah drama korea. Mengisahkan sepasang suami istri yang mengalami masalah dalam rumah tangganya, memutuskan bercerai, lalu tiba-tiba dikembalikan ke masa lalu ketika keduanya masih berumur 20th dan baru bertemu satu sama lain untuk pertama kali.

Dih, ngapain sih bahas drama korea bu?

Hahahaha....ga papa. Sekali-sekali bikin ulasan tayangan ringan kan boleh. Daripada mikir yang berat-berat mulu qiqiqi...

Go Back Couple ini sebenarnya temanya ringan banget. Dan umum. Tentang rumah tangga. Awalnya waktu saya baca sinopsisnya tidak terlalu tertarik untuk nonton. Ah palingan tentang konflik rumah tangga, bertengkar, salah paham, masalah ekonomi. Ya seputar itulah. Terus tentang perasaan seorang istri yang tidak dipahami suami. Tentang perasaan suami yang tidak dihargai istri. Akhirnya sama-sama terluka dan mengambil keputusan berdasarkan emosi. Dah ketebaklah temanya hehehe... (Sok tahu nih saya)

Dan memang seperti yang saya duga, temanya ya seputar itu. Tapi ada yang istimewa di cara sutradara meramu adegan dalam drakor ini. Entah mengapa saya mulai tertarik nonton dari episode 1, pelan-pelan saya nikmati ceritanya. Dan... I'm in love with this film!

Alurnya sengaja dibuat seperti flash back. Ya judulnya aja Go Back Couple. Jadi pasangan ini kembali ke masa sekitar 18 tahun yang lalu, saat baru kuliah dan baru bertemu pertama kali. Tapi keduanya tetap dengan ingatan masa depan. Jadi saat mereka bertemu kembali, ada emosi dan kemarahan dalam hati mereka serta ada dominasi perasaan balas dendam dan niatan untuk tidak mau bertemu apalagi kembali menjalin ikatan pernikahan. Yang suami lalu berusaha mendekati gadis lain yang jadi cinta pertamanya, yang istri mendekati laki-laki yang dulu naksir dia tapi ditolaknya. Kenapa si istri mendekati laki-laki yang dulu dia tolak? Karena di masa depan si laki-laki ini memiliki profesi dengan gaji fantastis. Matre banget yak hahahaha....

Luka hati saat masih menjadi satu keluarga menjadi alasan bagi keduanya untuk tak mau berurusan dengan kesalahan yang sama. Saat sang istri yang repot mengurus anak yang sakit namun tak ada suaminya di sisinya bila dibutuhkan. Sang suami yang sibuk mengejar koneksi di kantor agar bisa menghasilkan pemasukan yang lebih untuk keluarga namun diperlakukan secara tidak manusiawi oleh orang-orang yang memiliki koneksi tadi. Kondisi yang umum banget dialami di keseharian kita kan? Kondisi yang membuat lelah jiwa maupun lelah hayati. Dan inilah yang menjadi pemicu timbulnya konflik yang berujung keputusan cerai di mereka.

Kerempongan ibu mengurus anak, wah ini mah paham banget kitanya sebagai sesama emak-emak. Bangun paling pagi, tidur paling malam, mikirin masak apa hari ini di pasar, mikirin menyesuikan menu dengan uang belanja yang ada, ngurusin anak sakit sendirian sementara suami kerja, rumah berantakan, cucian numpuk, setrikaan numpuk, kebutuhan rumah tangga abis, uang ga cukup. Eh koq jadi curhat yak, hahaha...
Nggak laah, bukan curhat. Tapi ini situasi yang biasa dihadapin emak-emak di rumah. So, it's kinda related to all of moms.
Itu sebabnya nonton ini bisa merasakan feelnya. Ga heran beberapa kali mengusap air mata yang meleleh berderai-derai saat sang istri menangisi kepedihan luka hatinya.

Seiring waktu, ketika sang suami menikmati perjalanan mereka kembali ke masa lalu, si istri begitu terbelah perasaanya ketika membayangkan bila dia harus menjalani ini lagi, bertemu suaminya lagi, merajut pernikahan lagi dengan kondisi di masa depan yang sudah dia ketahui dan dia ingin hindari, namun di saat yang sama hatinya perih merasakan kerinduan akan anak semata wayang mereka yang masih balita, Seo Jin. Ingatan akan Seo Jin yang berlari lucu di taman, bermain ayunan bersama sang ayah, bercanda dengan sang ibu di depan tivi, tidur dikeloni ibunya di kamar, membuat hati setiap ibu yang nonton teriris-iris. Saya juga termasuk ikut teriris. Langsung terbayang ketiga anak saya yang kini sudah beranjak dewasa. Semua momen bersama mereka ikut terpampang saat saya nonton drakor ini.

Hingga dalam pikiran saya muncul sebuah kesimpulan.

"If I had to do it all over again, despite all the difficulties I experienced all this time, I'm WILLING to do it AGAIN."

Life is never easy.

Hidup memang tak pernah lepas dari ujian. Setiap kita pasti mengalami masalahnya masing-masing. Cuma dengan kadar yang berbeda. Tapi tetap sama-sama mengalami apa itu yang namanya permasalahan dalam rumah tangga. Yang ribut, yang marahan, yang tertawa, yang menangis, yang terluka, yang bahagia, semua sama. Kalau saya di posisi Ma Jin Joo, si istri dalam drama korea ini, harus mengulang lagi pengalaman yang sama, menikah dengan orang yang sama, menjalani kesulitan yang sama, saya akan tetap bersedia. Kenapa? Karena saya tak dapat membayangkan diri saya tak bertemu dengan ketiga anak saya. Mengandung, melahirkan, menyusui, merawat saat mereka sakit, bermain bersama mereka, mengantar ke sekolah, menyuapi mereka, meninabobokan saat malam, memarahi mereka, membantu mengerjakan pe ernya, mencereweti mereka kalau ga mau belajar, semua itu terlalu berharga untuk dilewatkan. They are part of my life. Tak terbayang bila semisal memutuskan mengubah pilihan dan akhirnya berbeda jalan, kerinduan akan mereka akan menjadi luka hati yang terperi.
Itu sebabnya nonton ini banyak sekali momen saya menitikkan air mata berderai-derai karena terbayang wajah anak-anak saya.

Ujian rumah tangga itu pasti ada. Tidak mudah. Tapi itu hal yang biasa. Bukan sesuatu yang harus dihindari. I've experienced so many struggling moments. Tears were there along the way. Tapi itu bagian yang justru menjadi pendewasaan diri. Perjuangan melalui itu semua tak mungkin saya lepaskan begitu saja hanya karena tak ingin mengalami kesulitan dalam hidup. Karena itu keniscayaan.

Fokuslah apa yang menjadi tujuan akhir kita nanti. Surga. berkumpul dengan orang-orang terkasih di sana. Kalau itu yang jadi tujuan utama, sesulit apapun kehidupan yang Allah berikan ke kita in sya Allah tak menjadi terlalu berat. Dunia ini sementara, sedangkan akhirat itu abadi.

-ECP-
16:22
17 November 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar