Minggu, 10 Desember 2017

KEKEBALAN KELOMPOK (HERD IMMUNITY)

oleh: Eka Puspita Arumaningtyas
diposting atas seijin penulis aslinya

“Kalau anakmu tidak divaksin,, jangan keluar rumah.. jangan masukin ke sekolah umum. Sekolah di rumah saja. Jangan menjadi penyebab ibu hamil keguguran atau ikut membunuh anak yang sudah diimunisasi. Vaksin bekerja pada basis populasi, bukan individual. Ini adalah isu kesehatan publik, bukan isu kesehatan individual. Kamu bebas minum sebanyak mungkin hingga hatimu pecah, bebas makan apapun yang kamu anggap sehat.. Tapi menjauhlah dari jalanan dimana kami lewat. Bagaimana jika polio dan campak masih menyebar? Apakah kamu akan mengambil resiko pada anak anakmu? Banyak orang yang mati karena penyakit ini. Orang yang tidak diimunisasi seharusnya berterimakasih kepada kami yang mendukung imunisasi.. berkat kami anak anak mereka tetap sehat meski tidak harus menangis menjerit jerit setiap kali disuntik vaksin.”
Familiar dengan kalimat kalimat di atas? Benarkah demikian? Benarkah Anak anak yang tidak diimunisasi harus diisolasi karena bisa menyebarkan penyakit berbahaya? Benarkah anak anak yang tidak diimunisasi bisa tetap sehat karena ikut numpang pada status kesehatan yang diperoleh oleh provaksin?
Herd Immunity..
Istilah Herd Immunity dijadikan alasan oleh para provaks untuk mendukung aksi vaksinasi masal. Istilah ini juga dijadikan pedang tajam untuk memberangus mereka yang menolak vaksinasi. Dengan dalih yang keji mereka memaksa setiap bayi, anak – anak, remaja, wanita produktif, ibu hamil, dll untuk melakukan vaksinasi.
Sebelum ikut ikutan berucap keji ada baiknya mengenal lebih jauh apa itu Herd Immunity.
Salim dulu sama Pak A. W Hedrich, ia adalah seorang peneliti dari USA yang pertama kali menggunakan istilah Herd Immunity. Ia meneliti penyakit campak yang sedang mewabah di USA tahun 1900 – 1930an. Tulisannya diterbitkan di jurnal super keren “American Journal of Epidemiology”. Dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan bahwa ketika ada 68% populasi terinveksi oleh campak maka sistem imun dalam tubuhnya akan bekerja melawan penyakit tersebut. Ketika imunitas alami ini diperoleh oleh sekelompok mayoritas orang, mereka akan menyebarkan imunitas kepada orang lain disekitarnya meski tanpa gejala sakit. Dengan demikian wabah campak menghilang dengan sendirinya.
Herd immunity diperoleh dari imunitas alami.. bukan imunitas buatan yang selama ini digembar gemborkan.
Istilah herd immunity digunakan oleh para industri vaksin untuk memasarkan produknya. Padahal jauh sebelum vaksin dijual istilah ini sudah digunakan untuk sesuatu yang sama sekali berbeda dengan yang mereka suarakan.
Beberapa tahun belakangan terjadi wabah campak pada populasi yang 90% sudah diimunisasi di di Amerika. Bagaimana hal ini bisa terjadi jika memang “herd immunity” berfungsi? Banyak yang menyalahkan sedikit persen orang yang tidak diimunisasi.. Bukankah segelintir orang yang tidak diimunisasi ini seharusnya ikut terlindungi? Jika memang mengacu pada definisi herd immunity yang sebenarnya.
Jika ada suatu wabah apakah bisa diketahui siapa yang pertama kali menyebarkan penyakitnya? Bisa jadi yang pertama kali terinveksi adalah orang yang tidak diimunisasi. Demikian juga orang yang sudah diimunisasi juga tetap bisa terjangkit suatu penyakit tertentu. Justru yang patut dicurigai terlebih dahulu adalah orang yang dengan sengaja memasukkan berbagai macam penyakit ketubuhnya. Yakin penyakit tersebut benar benar lemah? Jika kondisi system imun yang bersangkutan lemah maka bisa jadi penyakit yang sengaja dimasukkan tersebut tidak akan memancing imunitasnya malah justru membuatnya sakit dan berpotensi menyebarkan kepada orang lain disekitarnya.
Dari data penelitian di Amerika tahun 1800an – 1900an menunjukkan tren yang menurun untuk berbagai macam penyakit jauh sebelum vaksin dikenalkan. Herd Immunity sudah terbentuk tanpa adanya program vaksinasi. Tapi lebih karena peningkatan sanitasi dan pola hidup yang lebih baik.
Injeksi vaksin tidak memberikan perlindungan seumur hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imunisasi hanya efektif dalam beberapa bulan paling lama 10 tahun tergantung imunitasnya. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang yang sakit beberapa saat setelah mendapat vaksinasi. Anak saya terkena TBC beberapa bulan setelah vaksinasi BCG. Ponakan saya terkena campak beberapa bulan setelah vaksinasi campak. Dan masih banyak contoh lainnya. Ribuan kasus komplikasi vaksin memenuhi persidangan di Amerika, Australia, dan Negara Negara lainnya. Mengapa tidak ada di Indonesia? Ah.. seharusnya tidak usah ditanya. Saya dan jutaan orang tua lainnya lebih memilih untuk diam saja.
Di mana kekuatan herd immunity yang diagungkan? Jangankan melindungi lingkungan sekitar.. melindungi individual saja gagal. De javu dengan kasus anak habis di vaksin trus malah sakit???
Jika mau aktif mencari informasi tentu akan menemukan banyak kasus komplikasi vaksin. Sayangnya jangankan mencari informasi, makanan saja kalau bisa yang instan dan praktis. Kalau bisa tinggal tiduran semua pekerjaan terselesaikan. Kalau bisa hanya dengan modal suntikan jadi sehat tak sakit sakitan.
Tapi itu semua bukan masalah. Terserah mau seinstan apa kita memilih untuk hidup. Masalah adalah ketika kita mulai menyalahkan orang lain atas segala hal yang tidak menyenangkan pada hidup yang sejatinya adalah hasil dari kecerobohan diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar