Sabtu, 29 Maret 2014

Sandiwara Langit (sebuah resensi buku ala emak-emak)







Setelah Ayat2 Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih,inilah buku yg telah membuat saya HARUS meneteskan airmata. Kenapa HARUS? Rasa2nya airmata ini bener2 nggak bisa ditahan begitu selesai membaca buku ini, sampai2 sisa sesenggukan itu masih ada!
Dan hebatnya lagi,tidak seperti Ayat2 Cinta dan KCB yg merupakan kisah fiksi, buku ini adalah sebuah kisah nyata yg betul-betul terjadi, yang diceritakan kembali dengan apiknya oleh si penulis (ust. Abu Umar Basyier).Jujur, begitu selesai membacanya,saya terhenyak dan diliputi pertanyaan, "beneran nih kisah nyata?" Maaf sebelumnya,karena cerita yg begitu indah ini mungkin akan dengan mudahnya kita dapati pada jaman Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam dan sahabat2nya. Karena karakter para tokohnya yg begitu agung (semoga Allah merahmati mereka) sungguh seperti setetes embun di gurun sahara. Dua tokoh utamanya di usia yg masih terbilang muda di zaman sekarang ini, di mana anak2 muda lbh gampang ke mall,disko,cafe2, tapi si tokoh ternyata adalah seorang pemuda dan seorang pemudi yg benar2 menjaga amanat agamanya,Islam. Sebuah contoh yg jarang tapi ada. Dan mudah2an akan semakin bertambah banyak dengan dibacanya buku ini oleh pembaca semua.
Dan sekali lagi saya harus jujur mengakui, ketika saya menyaksikan seseorang mengalami musibah ataupun cobaan, sering terlintas dlm pikiran bahwa cobaan itu adalah balasan atas yg telah terjadi di masa lalu. Bahwa si hamba mungkin pada suatu titik tertentu lengah dan lalai terhadap nikmat yg Allah berikan. Astaghfirullah, ternyata bukan seperti itu. Jadinya suuzhon dong. Berkat buku ini saya mencoba untuk lebih sering berbaik sangka thd apapun yg menimpa seseorang. Benarlah ayat yg disebutkan dalam buku ini, ketika seolah2 kita sudah mencapai apa2 yg kita perjuangkan dgn segala perjuangan dan keikhlasan lalu Allah akan memberi ujian kepada hamba-Nya,itu lebih dikarenakan untuk membedakan mana2 hamba-Nya yg benar2 beriman. Ketika ujian itu datang baru kelihatan mana hamba Allah yg iman, sabar,dan sholeh. Senantiasa baik sangka pada Allah,sehingga pada akhirnya ujian yg berat (menurut ukuran saya,cobaan yg dialami tokoh ini sangat, sangat, sangat berat!) justru menjadi ringan. Segala kesedihan itu dihilangkan oleh Allah.Ujian itu ibaratnya menjadi saringan untuk mendapatkan hasil-hasil keluaran yg terbaik dari yg disaring.
Kalau boleh membandingkan, nilai plus dari buku ini adalah pada LOVE STORYnya. Sungguh, kisah cinta yg sering dimuat di novel-novel barat,apalagi macam Romeo & Juliet, lewat deh dibandingin love story dalam Sandiwara Langit! Kita jadi sadar bagaimana yg sebenarnya mencintai seseorang karena Allah, bercerai dengan penuh cinta (sungguh berat),dan menyerahkan semuanya pada pelukan kasih Allah subhanahu wa ta'ala.
Saya pernah bilang ke seorang sahabat,'A STORY NEEDS AN ENDING'. Ending seperti apa yg menjadi standar kita? Ketika ending itu penuh berurai air mata,itukah sad ending? apa yg dimaksud happy ending? siapa yg happy? hanya kita atau hanya orang tua kita atau semua happy berarti happy ending eventually? NO ONE KNOWS! Justru di buku ini saya terbuka mata, bahwa ending sesungguhnya Allah sudah mengatur dengan sebaik-baiknya. Ketika ditinggalkan kekasih yg dicintai dikatakan sedih oleh yg ditinggalkan, namun bagi yg meninggalkan justru ending yg terjadi sangat-sangatlah indah. Happy ending yg sesungguhnya bisa kita pahami di sini,walaupun banjir air matapun keluar tak tertahankan.
Akhirnya saya jadi sadar, apapun ujian yg sedang menimpa saya saat ini, sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan yg terjadi dalam buku Sandiwara Langit. Memang sandiwara ini telah diatur oleh sang Maha Sutradara di dalam buku skenarionya yaitu Lauh Mahfudz. Tidak ada yg tau apa, kapan, bagaimana sandiwara hidup kita akan berakhir. Yang jelas, semoga kita masuk dalam hamba-hambaNya yg khusnul khotimah (berakhir yg baik) seperti salah satu tokoh dalam cerita ini. Amin. Selamat membaca buku ini,jangan lupa bacanya sendirian aja dalam kamar supaya nggak ketahuan kalo sedang menangis tersedu2 (ehem..)

Oya, yang mau pesen buku ini bisa ke saya loh. Harga 26ribu rupiah. Pemesanan via 081808747363 (sms only) or mention ke twitter @berandabunda 
Happy shopping! ^_^

Jumat, 28 Maret 2014

Sepatah Kata Mencari Sejumput Berlian



Alhamdulillah, setahun setengah sudah saya menjalani dagang online. Bisa dibilang masih seumur jagung lah. Kalo kata bayi, masih belum lulus S3 ASI tuh, hehe. Banyak suka duka yang saya alami. Etapi ga banyak juga sih, wong baru segitu doang. Paling dukanya klo masa2 paceklik, huahahaha..

Pernah juga tekor ongkir. Sok pede kasih tau ke pelanggan tanpa nanya domisili dia di kecamatan mana. Akibatnya saya sukses tekor ongkir 20rb. Mau manyun tp ya sudahlaah..namanya juga salah sendiri. Dari situ akhirnya ga brani sok-sok pede kasih ongkir tanpa jelas alamatnya. Tapi sesekali masih siih nekorin ongkir paling serebu dua rebu. Itupun karena yang beli teman baik di fb. Lagian mosok sih mo minta transferan kurangan ongkir dua rebu perak? :D

Awal-awal jualan bengong aja, bingung caranya promosi. Mana belum buat foto-foto untuk diupload supaya pelanggan bisa milih. Udah gitu, keterbatasan gadget yang ga bisa mendukung upload ke internet seketika. Saat itu biasanya ngumpulin foto dulu beberapa di card reader hape kalo dah lumayan baru upload. Lewat mana? Pergi ke warnet doong, hehe..

Trus apa sekarang gadgetnya dah mendukung? Alhamdulillaah sudah. Tapi ga stand by setiap saat. Soalnya gantian ama suami. Iyaa, itu gadget punya suamiii...puaas??

Tapi kendala-kendala macam gitu tak perlu jadi tembok yang lantas menghentikan usaha kita. Diterima aja ketersediaan fasilitas yang ada. Dijalani dengan ridho dan senang hati (eh, agak nggerundel juga ding.. #plak!). Tapi pelan-pelan bisa berjalan koq, walau masih bisa dibilang tertatih-tatih. Yaiyalaah, namanya juga baru satu setengah tahun. Ibarat bayi juga baru bisa jalan, belum bisa lari, huhuhu..

Anyway, yang paling saya suka dengan jualan ini adalah barang yang saya jual adalah barang yang saya sukai. Yaitu buku. Ya, saya sukaaa buku. Dari kecil belum sekolah, bunda sudah memberi saya buku. Bisa dibilang saya kutu bukunya di antara empat bersaudara. Mau tidur kalo ga pegang buku ga bisa tidur. Sampai-sampai almarhum ayah saya paling sering negur kebiasaan saya baca sambil tidur. "Jangan sampai pake kacamata!" begitu kata beliau. Alhamdulillah di usia hampir kepala empat (masih beberapa tahun lagi siih), saya ga pake kacamata. Bukan berarti ga rabun yak. Saya dah mulai rabun, cuma males aja pake kacamata, hahaha...

Ah koq jadi curhat masa kecil..

Well, the point is..memulai sesuatu itu kalo disertai passion akan berbeda rasanya. Kalopun ada duka di sebuah kejadian, hal itu tak menjadikan diri patah semangat. Karena yang kita kerjakan itu didasarkan passion, tak melulu financial. Ya tapi paling seneng juga sih kalo ada pelanggan yang pesen, huehehe.. Tapi begitulah intinya, kerjakan apa yang kita kerjakan karena kita suka. Sehingga tidak ada keterpaksaan di situ. Hidup menjadi lebih indah dan berwarna bila engkau membawa passionmu. 

And akhir cerita, diharapkan pembaca yang membaca tulisan ini jangan ragu-ragu lagi untuk menjadi pelanggan di lapak saya. Untuk saat ini belum banyak yang di upload. Maklum, masih newbie di dunia pengeblogan. Tapi koleksi-koleksi lapak 77 bisa dilihat di list favorit akun twitter @berandabunda. Mampir sana dan follow akun saya yaa...

Wassalam

^_^


Islamic Parenting (dagangan)


ISLAMIC PARENTING
By Syaikh Jamal Abdurrahman
Price: 83rb, disc.jd 70rb aja gan
Saat bnyk tindakan kekerasan orgtua thd anak mencuat,ada baiknya kita uji sejauh mana pengetahuan kita ttg interaksi Rasulullah thd anak2.Prnhkah terbayang, tubuh besar mulia itu tergulung2 di tanah disertai derai tawa anak2 kecil yg ceria?Atau,saat bersama pasukannya nan gagah perwira pulang usai peperangan,tiba2 berhenti di gerbang kota sekadar utk menaikkan anak2 kecil di kuda tunggangan bliau?Atau,bgmn khotbah Jum'at yg dmkian agung dpt terhenti oleh langkah kaki kecil yg berjalan tertatih mendekat mimbar sewkt bliau berkhutbah?
Bnyk hal slma ini tersembunyi yg diungkap buku ini. Adegan demi adegan dipotret dg jelas oleh penulis,membuat kita seolah hadir menyaksikan lgsg bgmn bliau mendidik anak2 kaum muslimin. Mengagumkan,mengesankan, akan memaksa airmata keharuan anda meleleh...yg akan bermuara pd kesimpulan:bgnilah cara bliau melahirkan generasi terbaik. Suatu fragmen yg sering kita lupakan,krn menganggap generasi terbaik hnylah para shahabat yg bertemu bliau dlm keadaan dewasa, tdk termasuk anak2 yg hidup semasa dg bliau.
Kejelian penulis utk membidik proses pendidikan dr sejak janin hingga pra-nikah, mrpkn keistimewaan tersendiri buku ini. Fase sangat menentukan yg mjd tggjwb orgtua utk menghitamputihkan anak2 mrka. Beginilah Nabi mendidik anak!"


For order, SMS to 081808747363 (sms only)
or twitter @berandabunda

TESTIMONI PELANGGAN LAPAK

Ini hanya beberapa testimoni yang bisa discreenshoot. Sisanya lagi tak bisa karena kebanyakan menyampaikan testimoni via SMS.









Kamis, 27 Maret 2014

PENSIEVE

Para penggemar harry potter pasti tau pensieve. Semacam wadah berisi cairan berkilau untuk menyimpan memori yg diambil dari kepala kita seperti seutas benang bersinar. AKU pengin punya pensieve. Sama seperti ucapan Dumbledore, kalo pikiran serasa sudah penuh, tinggal menarik benang2 memori dan menyimpannya di pensieve. Sehingga kepala terasa lebih ringan. Ah,enaknya...
Tapi mo berkhayal n mengharap sampai kapan pun, gak bakal ada yg namanya pensieve itu. Mungkin di dunia harry potter, manusianya ga sekuat kita para muggle ya.Ternyata kita yg ga punya kemampuan sihir macam harry potter (di mana Draco selalu membanggakan pure blood-nya) justru punya kemampuan non sihir yg ga kecil. Kita ga bisa meremehkan otak kita dalam menyimpan memori. Sejak masih bayi hingga kini pun memori itu masih ada,dan akan terus bertambah. Segala macam memori ada di situ; senang,sedih, bahagia, bangga, marah, sakit hati, dendam, semua tersimpan dengan rapinya. Ma sya Allah..luar biasa ciptaan Allah yg satu ini.
Namun meski kemampuan atau daya simpan memori ini miliaran giga,tp tetap sebagai manusia biasa punya kelemahan dalam menampung memori itu. Ada satu momen di mana orang2 akan bilang,"Kepala saya sudah penuh. Pusing, banyak pikiran" dsb. Alangkah enaknya bisa mengistirahatkan sejenak pikiran supaya bisa lebih fresh dan fokus lagi ke kehidupan, terutama fokus kepada orang2 tercinta di sekeliling kita.
Ya, beberapa terakhir ini aku berandai-andai memiliki sebuah pensieve. Sebuah angan kosong yg ga ada gunanya sih sebetulnya,hehehe..tp mungkin mewakili banyak orang. Pikiran sudah jenuh atas rutinitas sehari-hari dan butuh penghiburan. Mo rekreasi tp koq ga ada waktu (plus ga ada duit, ha ha *ngenes*). Ah,tambah bingung.
Kalo sudah gitu, akhirnya lebih memilih memasuki masa2 blue, masa2 'low self esteem', dan moment itu sebenarnya bisa dinikmati loh. Pasang aja earphone, lalu connect ke radio di hp ato ipod (kalo aku sih di hp denger radio ya) trus cari lagu2 melow n sibuk berurai air mata. Moment itu bisa menyenangkan juga. Tapi juga harus bisa kontrol diri. Jangan lama2 terbang melayang-layang di atas bumi.Harus kembali ke bumi secepatnya. Kembali ke rutinitas yg kita tinggalkan sejenak.

Memori. Ada rahasia apa ya di balik ciptaan Allah yg satu itu? Kenapa ada memori yg bisa dilupakan dan ada yg tidak? Kenapa juga Allah menciptakan 'lupa' dan 'ingat'?
Aku sering lupa. Kelamaan buka fb jd lupa jemput sekolah. Kelamaan nonton tipi jd gosong makanan di kompor. Lupa sering kali dianggap sebagai sesuatu yg negatif ya.Tapi ada hikmah yg dalam terhadap rasa 'lupa' ini yg mungkin 'lupa' kita renungkan. Kalo Allah ga kasih kita 'lupa',segala kesedihan yg kita rasakan akan kita ingaaat terus. Duka akan kehilangan orang terkasih akan ingaaaat terus. Manusia ga akan bisa bangkit dari kesedihan dan kedukaan yg mendalam. Maka dari itu, adanya rasa 'lupa' ternyata patut disyukuri juga keberadaannya ya. Tidak ada ciptaan Allah yg tersia2sia. Namun manusialah yg menyia-nyiakannya.
Butuh waktu memang untuk 'lupa' terhadap sesuatu yg pahit dalam hidup kita.Tapi survival insting manusia (satu lagi pemberian Allah) akan membuat kita kuat melewati masa2 kelam.Tak ada yg tahu memang;kapan n bagaimana kita bisa 'melupakan' tapi yakin saja saat itu akan tiba (hmmm...try to convince my self actually). But never give up fighting,on my own,with the help from Allah the Almighty,I'm sure I'll be just fine. We can not always count on human coz human is mortal. But we can always count on Allah coz He never let us down.Eventually.

*sebuah coretan di masa lalu*

DI BALIK NYERI ADA SYUKUR

Suatu ketika aku kedatangan seorang teman,sebut saja namanya Bu Nisa. Lama tak jumpa dia curhat masalah yang sedang dihadapinya.Masalah keluarga yang menurut dia sangat pelik apalagi dalam kondisi dia sedang hamil anak keduanya.Bahkan berat tubuhnya turun drastis beberapa kilo akibat memikirkan masalah ini.
Mendengarkan curhat seorang sahabat,dengan segala keluhan dari Bu Nisa membuatku termenung. Aku terus terang merasa kasihan dengan Bu Nisa. Dia merasa terpengaruh sekali dengan masalah keluarganya. Hingga dia katakan sholat yang dilakukannya selama ini hanya menjadi ritual saja.Kalau istilah jawanya dia bilang cuma “jengkang jengking”. Hanya gerakan badan tanpa arti. Subhanalloh..betapa meruginya Bu Nisa,aku berseru dalam hati. Betapa malangnya dia, sholat terasa hampa, permohonan doanya pada Sang Khalik sepertinya sia-sia,itu menurut pengakuannya.
Lalu aku jadi teringat pada apa yang menimpa diriku sendiri. Beberapa waktu sebelum itu aku sempat diuji Alloh menderita sakit selama seminggu. Ada satu hari selama aku sakit itu aku terserang nyeri sendi yang hebat. Awalnya aku tak mengira penyakit campak yang aku derita saat itu akan merembet ke nyeri sendi. Apalagi di saat kondisiku mulai membaik, tiba-tiba lututku terasa sakit ketika ditekuk. Saat melakukan sholat subuh, nyeri itu belum terasa,namun seiring matahari mulai meninggi sakit itu pun datang. Hingga tiba waktunya sholat dhuhur.
Pertama yang aku notice adalah jari-jari tanganku, seperti pegel sekali bila digunakan untuk menggenggam. Sambil mengenakan mukenaku, kugerakkan jari-jari tangan secara perlahan untuk meyakinkan diriku bahwa memang ada rasa sakit di situ. Kugenggam, kubuka, kugenggam lagi, kubuka lagi telapak tanganku. Ah,biarlah,sekarang waktunya sholat,pikirku.
Rakaat pertama belum terasa apa-apa. Baru ketika aku ruku’, sengatan nyeri muncul di sepanjang belakang kakiku seiring kubungkukkan tubuhku ke depan. Bagian belakang lututku terasa panas di seluruh urat-uratnya, seperti ditarik dengan paksa. Aku sedikit kaget dengan sakit yang tiba-tiba datang itu. Aku agak sedikit mengernyitkan kedua alis mataku, menahan sakitnya.
Gerakan berikutnya adalah I’tidal. Dalam mengendalikan rasa nyeri supaya tak mempengaruhi konsentrasiku saat sholat, kutegakkan tubuhku dengan perlahan untuk mencapai posisi berdiri yang sempurna. Kedua telapak kakiku mulai nyeri juga,seperti kesemutan dan menginjak permukaan dengan banyak jarum.
Nafasku mulai terengah-engah. Ya,Alloh! pekikku dalam hati.Apa yang sedang terjadi? tanyaku pada diri sendiri. Aku berdiri agak lama untuk mengatur nafas dan memusatkan pikiranku pada hamparan sajadah yang terbentang di hadapanku. Tiba waktunya sujud. Dan Subhanalloh!!! Aku hampir memekik. Seiring dengan kubungkukkan tubuhku untuk bersujud, daerah lutut dan pahaku seperti tersengat ribuan jarum. Sakit sekali. Sampai-sampai aku menahan tumpuan tubuh pada kedua telapak tangan ini. Aku baru meletakkan satu lututku secara perlahan. Itupun dengan menahan rasa nyeri sekuat tenaga. Aku bahkan menahan nafas demi mengurangi rasa nyeri. Jadi gerakan sujud itu kulakukan dengan cara menapakkan telapak tanganku terlebih dulu, lalu disusul lutut kuletakkan satu persatu, baru dahi ini kutempelkan di sajadah. Badanku mulai gemetar. Bibir ini melantunkan doa dalam setiap gerakan sholatku dengan terbata-bata,tergetar sembari menahan nafas. Konsentrasiku pecah. Aku tak bisa memfokuskan ke dalam bacaan maupun gerakan sholat. Hatiku pun menyerukan Alloh..Alloh..Alloh.
Tak berhenti sampai di situ, gerakan duduk malahan lebih buruk. Rasa nyeri pada lutut saat sujud tadi terasa berlipat sakitnya. Aku tak bisa menegakkan tubuhku pada posisi duduk itu, agak condong ke depan dengan harapan mengurangi sengatan rasa itu.
Sampai akhir sholat, rasa nyeri semakin menjadi. Aku tak tahu apakah sholatku ada artinya, entahlah. Aku tak mau berburuk sangka kepadaNya. Aku sudah berusaha sekuat tenaga, semampuku untuk melaksanakan sholat dhuhurku. Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa melakukan sholat bisa berubah menjadi suatu perjuangan yang sangat berat.
Alloh menimpakan suatu ujian tentu pada kapasitas hambaNya bukan? Itu yang kupikirkan saat itu. Lalu aku membayangkan bagaimana dengan sholat-sholatku berikutnya selama rasa nyeri ini belum hilang? Terlintas di pikiran untuk melakukan sholat sambil duduk di kursi atau di pinggiran tempat tidur. Pokoknya yang tak terlalu membuat banyak gerakan menekuk pada kaki. Bukankah Alloh memberi kemudahan pada hambaNya untuk beribadah? Bila tak mampu berdiri ketika sholat, maka duduklah. Bila tak mampu duduk, maka berbaring. Bila tak mampu sama sekali, cukup dengan isyarat mata.
Aku tergoda untuk melakukan sholat sambil duduk. Namun entah mengapa ada pertentangan dalam hatiku. Aku tak tahu apakah yang kulakukan ini benar, tapi hatiku berkata,’inilah saatnya membuktikan cintaku pada Alloh’. Apakah ‘sedikit’ kesulitan ini membuat diri ini manja? Begitulah yang terpikirkan. Masa sih cuma gini aja nggak bisa nahan?
Lalu aku teringat kisah sholat nabi dan sholat putri nabi. Beliau-beliau bahkan sholat hingga telapak kakinya membengkak. Aku merasa terusik dengan itu. Beliau-beliau sudah memberikan contoh betapa ibadah untuk Kekasih Tercinta bisa begitu dahsyatnya,hingga rasa bengkak di kaki tak dipedulikan. Di manakah letak kekuatan mereka? Jujur ku tak tahu.
Aku pun memantapkan diri,’baiklah! aku akan sholat sebagaimana aku sholat biasanya.’ Aku tak boleh mengeluh ataupun jatuh lemah karena ‘sedikit’ nyeri yang sedang diujikan Alloh. Alloh pasti punya rencana dengan memberi bonus rasa sakit ini.
Dan betul jua. Akhirnya selama satu hari ibadah sholat fardlu 24 jam baru kurasakan nikmat yang sesungguhnya dalam mendirikan sholat. Ya Alloh! tangisku dalam hati. Maafkan hambaMu ini Ya Alloh! Rupanya aku lupa bersyukur bahkan dalam gerakan sholat sekalipun. Ya, seperti kata temanku Bu Nisa di awal cerita tadi, gerakan sholat yang aku lakukan hanyalah ritual gerakan tanpa makna. Asal takbir, asal ruku’, asal sujud, bahkan bangkit dari sujud pun juga tak berarti. Sementara dalam kesakitan ini, entah bagaimana dan darimana munculnya, di hati ini terasa tersenyum pada setiap gerakan yang disertai nyeri. Alhamdulillah..aku menikmati sekali sakit di sekujur persendian tubuhku. Aku menggerakkan badan ini dengan penuh khidmat, penuh rasa syukur. Subhanalloh, kusyukuri rasa itu, kusyukuri aku bisa merasakan itu, bahwa itu artinya tubuhku masih bisa merasa, bahwa diri ini sebenarnya masih hidup. Tapi mengapa gerakan sholatku selama ini seperti robot tak berjiwa? Hingga kemudian aku berpikir,aku selama ini lupa mensyukuri betapa mudahnya aku melakukan sholat dengan tegak, betapa mudahnya kutekukkan lutut untuk sujud, betapa mudahnya menempatkan –maaf- pantat ketika posisi duduk tahiyat. Masya Alloh rasanya ketika aku duduk tahiyat, baik tahiyat awal maupun tahiyat akhir. Nyeriiii sekali!
Namun aku tak mau menyerah. Kulambatkan tempo gerakan sholatku. Aku betul-betul menikmatinya. Mungkin cerita ini terasa berlebihan, tapi aku sungguh menikmatinya. Ya, seperti yang kukatakan tadi, hati ini tersenyum bahagia di setiap nyeri dalam tiap gerakan. Aku tahu aku belum bisa khusyuk dalam sholat, masih jauh dari sempurna. Namun yang aku tahu pasti, kini setelah rasa sakit itu hilang dan tubuhku kembali sehat seperti sedia kala, sholatku terasa berbeda. Ada rasa syukur dalam setiap gerakanku. Alhamdulillah..aku bisa berdiri tegak. Alhamdulillah aku bisa ruku’ dengan lurus. Alhamdulillah aku bisa sujud. Alhamdulillah aku bisa duduk. Tak bisa kubayangkan orang-orang yang tak bisa melakukan sholat dengan gerakan yang utuh karena sakit seperti stroke atau lumpuh selamanya. Ya Alloh, Maha Besar Engkau. Kusyukuri nikmatMu dalam badan ini, dalam tubuh rapuh ini. Maka aku tak habis pikir, kenapa masih banyak orang yang badannya sehat tapi tak mau sholat ya? Karena buatku, tak mensyukurinya seperti penghinaan terhadap Dzat yang sudah menciptakan kita. Sholat fardlu adalah wajib, berarti adalah HAK Alloh yang perlu ditunaikan di sini. Apa yang disombongkan manusia-manusia yang tak mau sholat ya?
Seorang ustad berkata, manusia ini ibaratnya adalah WC berjalan. Dari lubang kemaluan dan dubur, yang kita keluarkan adalah air seni dan kotoran. Dari lubang di kulit (pori-pori) kita mengeluarkan keringat. Dari lubang hidung, tahu sendiri kan, yang keluar kalau bukan ingus ya upil. Mata kita pun bila bangun tidur mengeluarkan kotoran, demikian juga lubang telinga. Ya! Tubuh kita ini hanya mengeluarkan yang kotor-kotor saja, berbeda dengan lebah yang mengeluarkan madu. Tinggal lubang mulut, seringnya pun yang keluar bukanlah yang baik-baik. Yang ghibah lah, yang fitnah lah, yang umpatan lah. Lalu apa sebenarnya yang masih disombongkan manusia ya?
Tak perlu aku jawab pertanyaan itu, karena aku sendiri masih jauh dari sempurna dalam ibadah pada Alloh azza wa jalla. Biarlah itu menjadi bahan renungan untukku, untuk tetap melaksanakan sholat maupun ibadah lainnya dengan penuh syukur karena diberi kemampuan untuk melakukannya. Kutahu sholatku belum sempurna, namun sakit itu telah mengubahku di dalam, bahwa syukur itu juga ada di dalam gerakan sholat.

Rabu, 26 Maret 2014

Kacang Disko (daganganku)

 081808747363 or twitter @berandabunda






UANG HILANG

Bu Arif tiba-tiba panik.Matanya membelalak tak percaya.Tangan kirinya merogoh-rogoh saku jaket birunya yg sebelah kiri.Ga ada.Diulanginya lagi merogoh.Kali ini lebih hati-hati.Masih ga ada. Dicobanya saku baliknya.Jaketnya adalah model yang bisa dipake bolak-balik.Tetep aja ga ada.Keringat dingin mulai mengalir membasahi pelipisnya.Mati aku,mati aku!seru Bu Arif dalam hati.Ke mana uang itu ya?semakin resah dirinya tak menemukan yang dicarinya.Aduh,celaka aku.Tanggal tua gini mo ganti dari mana?pikirnya.
Saat itu ia baru saja tiba dari sekolah setelah menjemput anak bungsunya Aji di TK.Sesampainya di rumah entah mengapa ia baru teringat akan uang itu.Namun manakala usahanya mencari yg dimaksud tak kunjung ketemu dalam saku jaketnya,Bu Arif pun memperluas pencariannya.Mulailah ia berjalan menyusuri rumahnya mulai dari depan sampai belakang sambil merunduk ke bawah.Kepalanya memusatkan konsentrasi ke arah lantai.Matanya dibuka lebar-lebar seolah tak mau kehilangan satu titik pun.Ga ada.
Ia masuk ke kamar tidurnya.Terakhir yang ia ingat,tadi ia memasukkan tas plastik yang ia pelintir ke dalam saku jaket itu,di tempat yang sama dengan uang itu berada.
Sebenarnya uang itu tidaklah terlalu besar nilainya.Yaitu 50rb rupiah.Tapi uang itu bukan miliknya.Uang itu titipan Bu Kiki,org tua murid di sekolah yg sama dengan anaknya.Bu Kiki titip uang ke Bu Arif sebagai tabungan.Bu Kiki ndak mau nabung di bank.Katanya,nanti kepotong administrasi lah tabunganku habis bu. "Aku percaya ama Bu Arif.Aku titip ama sampeyan aja.Lagian biar ambilnya juga gampang,ga usah ke ATM," begitu alasan Bu Kiki.Saat itu sebenarnya Bu Arif agak keberatan dan itu sudah disampaikannya ke Bu Kiki.
"Bukan saya keberatan dalam arti ndak mau,Bu.Tapi keberatan ama tanggung jawabnya ini loh.Titipan itu kan amanah,apalagi uang.Saya takut ama beratnya tanggung jawab itu,"jelas Bu Arif.
"Tapi aku percaya koq ama Bu Arif.Sampeyan orangnya jujur.Saya tahu itu,"kata Bu Kiki.
Terharu juga Bu Arif dipercaya ama seorang temen sedemikian besarnya.
"Yo wis bu,aku trima.Tapi berat nih tanggung jawabnya!seru Bu Arif sambil tersenyum pada Bu Kiki.

Dan uang itu secara ajaib tiba-tiba hilang!
Bukan secara ajaib sih.Namun entah bagaimana,seolah-olah Bu Arif merasa teralihkan dengan uang itu untuk beberapa saat padahal dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.Cuma satu jam.Dilupakan untuk sesaat.Mungkin istilahnya yang paling pas "short-term memory lost" kayak Dory di Finding Nemo. Atau "local amnesia",or whatever.Dan ketika ingat akan keberadaan uang itu,ketika Bu Arif hendak menyimpannya di tempat yang aman,uang itu pergi entah kemana.
Dalam hati Bu Arif menyalahkan diri sendiri,ngapain juga aku terima uang itu tadi.Lah sekarang hilang malah jadi tekor nih!Mana tanggal tua lagi!Pelataran garasi rumahnya dijelajahi dengan teliti.Matanya tak bisa menutupi kegelisahan hatinya akan uang 50rb yang menghilang dengan tanpa pemberitahuan itu.Duh,kemana ya?koq bisa ya?tadi gimana sih?koq bisa ga ingat ya?pertanyaan itu bertubi-tubi menghujani pikirannya.Resah menguasai hatinya.Ah,mungkin jatuh di sekolahan tadi!serunya dalam hati.Bergegas ia masuk rumah mengambil kunci motor di atas lemari.Dipakainya sarung tangan da kaus kaki.Matahari sangat menyengat saat itu,semakin menambah kegelisahan hatinya.

Tak lama ia sudah sampai di sekolah anaknya.Dicarinya Pak Sam,penjaga sekolah.Bapak tua itu tampak sedang memasukkan kendaraannya ke dalam rumah.Beliau memang tinggal di dalam lingkungan sekolah.
"Pak,maaf.Apa Pak Sam keliatan ada uang jatuh 50rb di sekitar sini ya pak?"tanya Bu Arif dengan wajah cemas penuh harap.
"Loh?uangnya hilang bu?"tanya Pak Sam.
"Iya ni pak.Lima puluh ribu.Apa Pak Sam nemu ya?"Bu Arif kembali bertanya.
"Mmm...saya koq kayanya ndak keliatan uang 50rb jatuh di sini ya bu,"jawab Pak Sam dengan pandangan penuh simpati. Mungkin beliau kasihan melihat Bu Arif di siang hari yang panas menyengat (padahal baru jam 10 pagi sih) sibuk mencari uang yang hilang.
"Oh,ndak ada ya pak?"sahut Bu Arif lemah.Dengan tubuh gontai,Bu Arif kembali ke sepeda motornya di luar halaman sekolah dan mengendarainya kembali pulang.

Sepulangnya menjemput Yasmin,putrinya yang kedua,yang baru kelas 2 SD, Bu Arif masih penasaran dengan misteri uang hilang itu hingga tak sadar ketika Yasmin putrinya menarik-narik tangannya.
"Bu,ini loh.Hasil tes IQnya dah dibagi,"kata Yasmin penuh semangat.Bu Arif menoleh ke putrinya,lalu ia teringat tes IQ 3 bulan yang lalu,yang hasilnya sudah ditunggu-tunggunya.Masa sih hasil tes segitu lama baru jadi,pikirnya agak protes.Dibukanya lembaran kertas tes itu.Tertegun Bu Arif menatap angka yang tertera dalam kertas.
Seratus sembilan belas.Yup,119.Hasil tes IQ Yasmin 119.Melongo Bu Arif memandangi kertas.Lalu ia menoleh ke arah putrinya.
"Wah,Alhamdulillah nak.Kamu hebat ya?119 itu angka yang tinggi loh!"tukas Bu Arif dengan semangat. Dibaliknya kertas itu.Di sana tertera daftar urutan angka dan kategorinya.Dicarinya range angka 119 masuk ke kategori yg mana.Ketemu. Ternyata "di atas rata-rata".Bukan "rata-rata atas".Tapi di atas rata-rata.Satu angka lagi sudah masuk ke arah semi superior.

Hari sudah beranjak ke tengah hari.Bu Arif sedang dalam perjalanan dengan motornya ke warung bakso milik temennya.Ibundanya lagi pengin bakso di siang itu.Maka Bu Arif dengan senang hati pergi. Tapi sepanjang perjalanan,pikirannya masih belum lepas dari rasa penasaran dengan hilangnya uang itu. Agak kurang konsentrasi juga ia mengendarai motor.Namun,sekejap ia merasa diingatkan dalam hatinya.Biasanya mulutnya tak lepas dari dzikir.Tapi gara2 kepikiran uang hilang,dzikirnya terlupa.Masya Allah!serunya dalam hati.Segera saja ia melantunkan dzikir Al Maqalid selama bermotor ke warung bakso itu.Laa ilaa ha illallohu allohu akbar subhanalloh wal hamdulillah astaghfirulloh walaa haula walaa quwwata illah billah,huwal awwalu wal aakhiru wadh dhoohiru wal baathin lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiit wahuwa hayyun laa ya muut bi yadihil khoiru wahuwa 'alaa kulli syai-in qodiir.Terus dilantunkannya dzikir itu untuk menenangkan hatinya.


Akhirnya tiba juga Bu Arif di warung bakso temennya.Namanya Bu Indah.Sudah bertahun-tahun ia menjalankan bisnis milik pakdenya,katanya sih.Warung Bakwan Bago.Baksonya enak,per bijinya 2500 rupiah.
Melangkah masuk ke warung,tampak Bu INdah sedang duduk sambil sesekali manthuk-manthuk menahan kantuk.Dilihatnya senyum mengembang menyambut kedatangan pelanggan pertama hari itu. Baru buka bu,begitu kata Bu Indah.
"Mbak,aku tolong bungkusin gorengan 2 dan penthol halusan 2,yang kasaran 1,"ujar Bu Arif.
"Ok,mbak.Buat sampeyan ta?"tanya Bu INdah.
"Bukan mbak.Ibuku lagi pengin nih.Siang-siang makan bakso yang puedhes katanya,"jawab Bu Arif.
"Hmm..bener mbak.Memang untuk orang tua apa yang dipengin kita sih hayuuk aja ya,"kata Bu Indah lagi.
"Bener mbak.Namanya juga kita jadi anak.Dah kewajiban lah,"tukas Bu Arif.
Bu Indah mengambil plastik,membuka lebar2 supaya tangannya tak terkena kuah panas bakso.Bu Arif terkejut manakala dilihatnya Bu Indah menyendokkan 5 biji penthol ke dalam plastik.
"Loh..loh..mbak!Aku beli 3 aja koq,"seru Bu Arif.
"Wis ta laah,"sahut Bu Indah dengan logat jawa yang khas,tanpa memperdulikan protes dari Bu Arif.
"Aduh mbak!jangan gitu po'o.Ga enak aku.Nanti aku ga mau beli sini lagi loh?"ancam Bu Arif dengan nada bercanda.
Bu Indah cuma tersenyum dan tetap meneruskan bungkusan bakso tadi.
Akhirnya selesai sudah bungkusan itu,Bu Arif memberikan uang 20 ribu rupiah sebagai pembayaran. Kalau semua dihitung 5 item berarti totalnya 12.500 rupiah.Kembaliannya 7.500 rupiah.
"Sebentar ya mbak,aku tukerin kembaliannya,"kata Bu Indah lalu masuk ke bagian dalam warungnya.
Sementara itu datang seorang pembeli ke warung bakso itu.Seorang anak muda.Dengan sabar ia menanti dilayani sang penjual.Tak lama Bu Indah pun keluar dan memberikan uang kembalian ke Bu Arif. Jumalahnya 10 ribu rupiah.
LHO?
"Koq 10rb rupiah sih mbak?kan kebanyakan!?"protes Bu Arif.
Lagi-lagi Bu INdah menampik tangan Bu Arif yang hendak mengembalikan uang itu.
"Wis ta laah,"jawabnya masih dengan logat jawa yang sama.
"Eh,aku emoh kalo gini mbak.Temenan iki,aku ga beli sini lagi loh?"ujar Bu Arif keberatan.
"Hus,jangan gitu.Wis diterima aja.Sudah,sudah!ada orang beli nih"sahut Bu Indah sambil tertawa geli.
Bu Arif pun hanya bisa tersenyum sambil menggumamkan kalimat terima kasih perlahan pada temannya itu.Sang teman hanya mengangguk.Ketika melangkahkan kaki keluar dari warung itu lamat-lamat didengarnya si anak muda yang sedari tadi menunggu akan beli bakso berkata,baksonya dibungkus 5 porsi bu.Wuah..seru Bu Arif dalam hati.Langsung laris tu Bu Indah gara-gara ngasih imbuhan bakso ke aku,pikirnya sambil tersenyum geli.

Sesampainya di rumah untuk meletakkan bakso bungkus tadi,Bu Arif bersiap untuk menjemput anak sulungnya yang klas 3.Sudah jam 11.30.Agak terlambat nih,mungkin si kakak sudah nunggu,pikir Bu Arif. Tapi pas ia hendak keluar rumah,dilihatnya si sulung datang.
"Loh?sama siapa,Nak?"
"Tadi dianter mamanya Pratowo,bu"
"Alhamdulillah.Kamu sudah bilang terima kasih,Nak?"
"Ya bu,"jawab si sulung.
Bu Arif menghela napas lega.Bersyukur ia,anaknya ada yang nganter sehingga ia tak perlu keluar di udara sepanas ini.Namun rasa lega itu hanya bertahan sebentar.Rasa panik kembali menghampirinya.Uang yang hilang itu belum ketemu!Aduh,piye iki!keluhnya dalam hati.

Malam hari di dalam kamarnya yang hening,Bu Arif merenungkan kembali misteri uang yang hilang tadi siang.Kesibukan dirinya mencari uang yang hilang.Rasa lelah sedikit menghinggapi hatinya.Namun dalam perenungannya ia tersentak.Hei..ini cuma uang 50rb loh.Baru kehilangan uang 50rb aja sudah bingung. Apalagi kalau kehilangan uang ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah yaa?tapi ini bukan masalah jumlah uangnya.Bu Arif tak ingin menyepelekan arti besar kecilnya uang.Uang tetaplah susah dicari. Kalau dibilang 'cuma' 50rb,koq seolah-olah tidak menghargai uang ya?Tapi kalau dipikir terlalu dalam juga berarti terlalu membesar-besarkan uang yang sebenarnya hanyalah bagian dari duniawi.Mau 50rb kek,50 juta kek,50 milyar kek,semua kan hanya milik Allah datangnya.Kalau memang hilang ya berarti waktunya hilang.
Koq waktunya hilang?
Perdebatan terjadi dalam pikiran Bu Arif.Hatinya masih tak tenang.Rasa penasaran begitu menguasai pikirannya.Sepertinya ada rasa tak terima dan tak percaya.Selama ini dirinya begitu berhati-hati dalam menyimpan uang.Lebih-lebih lagi dalam hal menjaga keprcayaan dari orang lain.
Tapi ini memang salahku juga,renung Bu Arif.Kenapa aku tadi mengatakan keberatan pada Bu Kiki ya? Harusnya aku tak usah berkata seperti itu.Gara-gara mengeluh keberatan itu akhirnya Allah menjadikan hal ini berat bagiku.Ah,bodohnya aku.Pikiranku teralihkan karena uang.Ibadahku terlupakan karena masalah duniawi.Rupanya aku masih kurang percaya diri pada Allah.Dzikirku terlupakan.Ah,bodoh!sesal Bu Arif dalam hati.
Dalam kamarnya,perlahan Bu Arif menengadahkan kedua tangannya seraya memohon kepada yang Maha Pemberi Rejeki.
"Astaghfirullohal adhiim.Ya Alloh.Ampunilah hamba yang terlena sejenak hanya karena selembar uang 50rb rupiah.Aku tahu ini salahku.Kalau memang ini kehendakMu untukku,aku terima Ya Alloh.Aku terima bahwa uang itu hilang.Biarlah uang itu menjadi rejeki bagi yang menemukannya.Jadikanlah uang itu barokah bagi yang menemukannya.Mungkin yang menemukan lebih membutuhkan uang itu dariku.Maka ridhoilah Ya Alloh.Dan semoga Engkau mengembalikan padaku dengen berlipat lagi.Amin"
Bu Arif mengakhiri doanya dengan agak tersenyum kecut.Ih,malu nih,masih minta ganti sama Alloh.Minta berlipat lagi!Tapi boleh kan?Mintanya loh sama Alloh,bukan ke selain Alloh!Bu Arif membela diri.Lama2 dia merasa konyol juga terlalu disibukkan dengan pergulatan bathin seputar uang hilang tadi.
Bu Arif sedang libur sholat,namun tak berarti libur dzikir kan.Maka ia teringat dzikir yang diajarkan Rasululloh SAW ketika hati kita resah.
Laa ilaaha illallohul 'adhiimul haliim
Laa ilaaha illallohu robbul 'arsyil 'adhiim
Laa ilaaha illallohu robbus samaawaati wa robbul 'ardli wa robbul 'arsyil kariim
Laa ilaaha illa anta
Subhaanaka inni kuntu minadh dhoolimiin
Yaa hayyu yaa qoyyumu
birohmatika astaghiitsu
Terus dia basahi lisannya dengan dzikir itu sampai hatinya tenang.Keresahannya sedikit demi sedikit mulai sirna.Dihapuskan oleh tangan tak terlihat.Dan yang mulai muncul dalam hatinya adalah cahaya keikhlasan dan penerimaan atas kehendak Alloh atas kejadian uang hilang itu.Kembali bibirnya menyunggingkan senyum.Ya Alloh..duit hilang segitu aja,hebohnya ga ketulungan.Panik luar dalam. Rasa malu kembali menghampiri benak Bu Arif.Harusnya ia langsung beristighfar saat mengetahui uang itu hilang dan lebih berpasrah diri padanya.Perlahan namun pasti keyakinan muncul di hati.
Iya ya,serunya dalam hati,aku tak boleh berprasangka buruk sama Alloh.Kalau aku terus bersikap penasaran tentang bagaimana uang itu bisa hilang,berarti itu aku juga berprasangka buruk sama Alloh. Naudzubillah!!Padahal Allah sudah berfirman,"Aku sesuai prasangka hambaKu".Ampun ya Alloh. Maafkan hambaMu ini yang masih perlu terus diingatkan,nasih perlu terus diberi pelajaran.Tapi terima kasih kepadaMu ya Alloh bahwa aku masih bisa diingatkan .Apa jadinya aku bila tidak Engkau ingatkan. Bila Engkau saja tak sudi mengingatkan aku maka kepada siapa lagi aku dapat menghadap?
Pelupuk matanya menjadi panas.Pelan-pelan bulir airmata keluar dari sudut matanya.Ah,begitu mudahnya aku dilenakan oleh uang.Ah,ternyata diri ini masih lemah.Duh,Gusti,kumohon datangnya kekuatan dariMu.

Keesokan paginya,ketika sampai di sekolah anak bungsunya,beberapa orang ibu sudah mengetahui uangnya yang hilang dari Bu Sri,salah seorang guru yang sempet ditelpon Bu Arif untuk menanyakan apakah ada ibu2 yang menemukan uang 50rb.Ibu2 itu mendatanginya dan berkomentar dengan nada simpatik.Semua ikut prihatin dengan hilangnya uang itu.Terharu juga Bu Arif dengan perhatian dari ibu2 di situ.Tapi ia menyambut semua itu dengan senyum tulusnya,meskipun sorot mata sendu masih tak dapat disembunyikannya.
"Sudah ketemu Bu Arif?"
"Nggak bu"
"Walah koq bisa hilang sih?hilangnya di mana?"tanya yang lainnya.
"Wah,kalau tau dimana ya bukan hilang namanya,Bu,"jawab Bu Arif sambil bercanda.
Tiba-tiba Pak Sam menghampiri Bu Arif.
"Bu,ketemu uangnya!"
HEH??
"Iya bu,ini loh ketemu uangnya!"seru Pak Sam lagi.
"Loh,ketemu di mana Pak Sam?"tanya Bu Arif tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
"Kemarin waktu sampeyan datang ke sini siang2,saya belum tanya istri saya.Yang nemu istri saya pas nyapu halaman sekolah,deket bunga-bunga katanya,"jawab Pak Sam.
"Alhamdulillaah..!!!"ucap syukur terlontar ketika Bu Arif menerima selebar kertas biru uang 50 ribu itu.
"Alhamdulillah ya mbak,"sahut mamanya Abi,"berarti uang itu masih uang sampeyan, Kalo enggak,ya gak dikembalikan sama Alloh"
"Iya mbak,"tambah Bu Kiki si pemilik uang yang tak tahu bahwa uang yang hilang itu sebenarnya milknya yang dititipkan,"sampeyan orang baik sih,makanya Alloh ngembalikan lagi"
Bu Arif semakin tersenyum lebar.Bersyukur pada Alloh tak henti2nya dipanjatkan sedari tadi.
Ya,Alloh mengembalikan uang itu.
Hilang 50ribu,kembali 50ribu.
Kembali 50ribu?Bu Arif mengernyitkan dahinya.
Tidak,tidak!Alloh mengembalikan padaku lebih dari 50ribu,pikirnya.
Ia kembali pada perenungannya seharian berkutat dalam pencarian uang hilang kemarin.
Tidak,Alloh mengembalikan padaku jauh lebih besar dari nilai uang itu.Coba dihitung,aku beli bakso dapet bonus tambahan bakso.Anak sulungku pulang sekolah dianter oleh orang lain.Hanya Allah yang tahu bahwa Dia yang sejatinya mengirimkan malaikat pelindungnya untuk menjaga anakku sepanjang perjalanan pulang.Dan Yasmin,anak keduanya,mendapat skor IQ 119,tertinggi di kelasnya,yang demikian itu apa bisa dinilai dengan uang.
Bu Arif teringat perkataan Yusuf Mansur.
Seringkali manusia menilai hal2 yang sepele hanya sambil lalu.Tak ada nilainya.Padahal kalau kita mau menajamkan mata hati kita,jawaban dari Alloh jauh lebih bernilai.Bu Arif tak bisa membayangkan,apa jadinya sekiranya Alloh tak mengirimkan malaikat untuk menjaga anaknya.Adalah hal yang biasa bila seorang teman mengantarkan anak temannya pulang sekolah.Namun bila terjadi apa2 sepanjang perjalanan,siapa yang tahu.Maka perlindungan Alloh lewat malaikatnya tak ternilai harganya dibanding hilangnya uang 50ribu itu.Keselamatan,kecerdasan anak2nya,rejeki dalam hal makanan,hal-hal yang sepintas sepele yang terjadi pada Bu Arif sesungguhnya terkandung keajaiban yang luar biasa. Karena nikmat Alloh adalah tak terbatas.Maka sudah sepatutnyalah rasa syukur kita sebagai manusia juga tak terbatas pada yang tampak dalam hal duniawi seperti uang saja.Kembali Bu Arif mengucapkan syukur tak terhingga atas diketemukannya uang itu dan atas pelajaran hikmah yang telah diperolehnya sehari kemarin.Pelajaran hidup yang mahal,yang tak akan didapat dengan mudah.