Senin, 18 Juni 2018

Bukan Sekedar Remeh

"Bu, aq tadi liat kucing kaya Miki. Dia lagi bla..bla..bla.."
"Bu, tadi itu di masjid kayanya imamnya bacanya bla..bla..bla.."
"Bu, liat ini deh bu" *sambil nunjukkin video di LINE*

Seperti itulah penggalan obrolan2 dari anak3. Ngajakin mamaknya ngobrol kaya ke temennya seumuran. Cerita2 ringan mengalir dr mereka dg santainya. Kadang sambil terkekeh2 bersama ngobrolin si kucing ato nonton video lucu di hape.
Sesuatu yang kelihatannya sepele. Tapi bagi saya itu berlian. Kenapa? Ketika anak bisa menceritakan hal yg remeh temeh ke ibunya dg santainya, itu artinya dia merasa nyaman. Dia bisa bebas berbagi semua yg ingin dia ceritain. Walau mungkin tak semua cerita itu saya angguki. Karena ada juga kisah mereka yg kemudian jd bahan utk meluruskan yg keliru dlm pandangan mereka. Sehingga cerita yg sederhana tadi bisa berujung edukasi yg mendalam.
Itulah peran yg bisa saya ambil sbg ibunya.
Lain lagi bila dg ayahnya. Bahan pembicaraan dg ayah tentu akan berbeda dg bahan obrolan dg ibu. Tapi itu tak mengapa. Tak masalah. Setiap kita boleh mengambil peran sesuai yg kita mampu.
Yang penting adalah kita harus siap menjadi pendengar bagi anak. Biasakan berkomunikasi dua arah dg anak. Jangan monoton satu arah. Tentu ada saatnya komunikasi itu satu arah. Apalagi bila itu menyangkut sebuah nasihat orangtua kepada anaknya. Tapi jangan mengambil peran sbg pemberi wejangan setiap saat. Adakalanya anak butuh didengarkan ceritanya. Biarkan saja dia cerita. Walau itu cerita ttg kucing ato kodok yg dia liat di pinggir jalan. Jadilah pendengar dan komentator yg baik bagi anak kita. Karena dg begitu anak akan terbangun rasa percaya dirinya dg baik serta tumbuh rasa kepercayaan kepada orangtuanya.
Orangtua adalah tetap orangtua walau terkadang memposisikan diri sbg teman. Anak tetap akan tau koq posisi orangtua yg harus dihormati. Maka jagalah perasaan mereka. Peluk dan rangkul mereka agar mendekat pada kita.

Let's make every moment counts.

😊