Rabu, 01 Juli 2015

FEELING INSECURE? STUDY YOUR DEEN

Harta, pangkat, gelar, jabatan, itu ga dibawa mati. Yg dibawa mati adalah pertanggungjawaban dr hal2 tersebut. Sudahkah gelar, harta, pangkat, dan jabatan itu membuat kita makin dekat pada Allah? Atau makin jauh?
Sungguh sayang sekali bila karena pangkat malah menjadikan diri sombong dan jauh dari Allah. Rugi, sangat rugi. Meremehkan orang lain krn pangkat, demi apa sesuatu yg fana.
Patokan muamalah itu simple koq adabnya. Sayangilah yg lebih muda, hormatilah yg lebih tua, jaga kehormatan para ulama. Ga usah lihat2 pangkat, harta, gelar, atau jabatan.
Itu yg selama ini saya pegang. Makanya kemarin hanya bisa ketawa miris denger cerita ttg mabok pangkat. Rugiii banget mabok bgtu. Jadi melewatkan kesempatan berakrab2 dg tetangga, saling berbagi ilmu, saling berbagi kebaikan. Saling bersaudara.
Alhamdulillah masih punya tetangga yg baik2

Masih soal harta, pangkat, gelar, dan jabatan. Tak sedikit dari kita yg masih terpaku standar kesuksesan dg melihat keempat hal td. Sehingga ktka tak memiliki satu di antaranya membuat diri kehilangan self confidence.
Saya termasuk dari org2 yg feeling insecure gegara hal2 itu. Tapi itu adalah saya bbrp tahun yg lalu. Rasanya konyol sekali merasa insecure dg apa yg ada di diri ketika berada di lingkungan yg tiupannya di seputar hal2 td berhembus kencang. Kuatir ga dianggap krn penampilan ga mendukung, pangkat suami msh junior, kendaraan bukan update-an terbaru, gadget jadul, tas tak bermerk. Halaaah...lama2 malah setres sendiri.
Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, dekat dg orang2 berilmu, membuat pola pikir saya berubah. Orang2 berilmu ini terutama adalah yg berilmu dalam urusan agama. Semakin mengilmui agama ini, semakin mengenali Pencipta diri, menjadikan hati semakin tenang.
Rasa percaya diri itu muncul krn ilmu. Maka berilmulah pada orang2 alim. Dg berilmu niscaya meningkat rasa pede kita. Saya sih begitu. Kadang ada aja org yg heran sama saya koq nyantai banget jd orang, malah nyantainya saya membuat mereka terintimidasi dan feeling insecure. Sehingga saking insecurenya klo di depan saya malah jaim. Ya tambah lucu. Nggak nyangka aja ternyata kehadiran saya bisa begitu mengintimidasi, hahaha...
Kalo ditanya apa yg membuat saya pede, jawabnya simple. Allah. Yg saya butuh cuma Allah. Dan itu sudah cukup buat saya. Efeknya apa? Ya jd org bisa nyantai. Ga terlalu pusing ama standar manusia. Capek loh berusaha memenuhi standar manusia. Soalnya ga akan bisa kita memuaskan setiap orang, karena standarnya beda2. Malah kita ga bisa jd diri sendiri. Iya kan? Daripada gitu, mending mikirin standar Allah aja. Simple, ga pake ribet, dan universal.
So, feeling insecure? Study your deen. Learn about Islam. Kenali Allah. Tadabburi ciptaan2Nya. Bertemanlah dg orang2 sholih. In sya Allah diri menjadi tenang

 grin em

Senin, 29 Juni 2015

SAYYIDUL ISTIGHFAR


Di balik sayyidul istighfar ada hikmah tips berdoa kepada Allah. Pada dasarnya berdoa meminta kepada Allah itu boleh2 saja langsung menyebutkan apa permintaan kita. Misalnya seperti dalam istighfar yaitu "Astaghfirullah", artinya aku meminta ampun pada Allah. Namun simak sayyidul istighfar. Ada pengantar di sana. "Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Engkau, dst..." lalu ujung2nya adalah "faghfirli..". Ampunilah aku.

Seorang ustadz berkata, ini hikmah bahwa sebelum berdoa panjangkanlah pengantarnya, jangan buru2 meminta. Inilah adab berdoa. Ndak ujug2 minta keperluan, meskipun dibolehkan. Tapi akan lebih elok bukan bila diawali dg kata2 pengantar yg indah?

Ustadz tsb memberi contoh. Misal ibu2 lg belanja di tukang sayur nih, trus duitnya kurang 5rb. Pas ada tetangga yg belanja juga. Biasanya kan lgsg bilang,"eh pinjem 5rb dong, ntar kukembaliin". Permintaannya kecil. Makanya mintanya jg lgsg. Coba misalnya kita punya permintaan ke tetangga utk pinjem duit yg agak gede misal sejuta, biasanya ga lgsg ngomong "eh pinjem duit sejuta dong". Ya bakal naik alis tetangganya hehe... Tapi kita biasanya mengawali dg kata2 pembuka dulu. "Beginilah bu, anu..bla..bla..bla.. trus bla..bla..bla.. Jadi saya mau pinjem duit sejuta ke ibu, bla..bla..bla.."

Beda kan?

Semakin tinggi permintaan, semakin panjang kata pengantarnya. Demikian dalam berdoa, semakin penting yg diminta pengantarnya pun makin panjang. Coba liat doa Nabi Zakariyya saat memohon keturunan seperti yg termaktub dalam Al Qur'an Surat Maryam ayat 1-6:
( 1 ) Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.
( 2 ) (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
( 3 ) yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
( 4 ) Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
( 5 ) Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
( 6 ) yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai"..

Indah ya? Seperti itulah adab memohon yg dicontohkan. Akan lebih indah bila diawali kata pembuka yg indah, yg menunjukkan kelemahan diri dan kepasrahan pada Sang Khaliq. Semoga Allah mengabulkan permohonan2 kita. Aamiin Allahumma aamiin..

AH CUMA SATU

CERITA 1:

Yesterday night, i gave a live lesson to my kids while we were in this hypermarket near my house. It's about extending your opinion to other.
Jadi ceritanya kita ni lagi ngantri di kasir khusus keranjang. Dan cukup panjang antriannya. Tp ada pemandangan yg mencolok yaitu di 3 orang depan baris kami ada satu perempuan yg membawa troli. This line is supposed to be for a basket shopper queue.
Saya paling gemes kalo liat orang dewasa ga bisa ngantri. Tp yg lebih mengherankan saya, dua org di belakang ibu itu mendiamkannya. Dan ketika tiba gilirannya sampai di kasir, kasirnya pun membiarkannya. frown emotikon
Dulu saya pernah mo bayar di kasir dg bawa troli tnp tau itu utk kassa keranjang. Kasirnya menegur saya dg ramah,"ibu ini khusu keranjang. Silakan ke sebelah ya bu." Dan saya pun nurut pindah barisan karena mmg ga tau.
Tp di hypermarket yg ini kasirnya diam aja.
Akhirnya tiba giliran saya. Saya tanyakan ke kasirnya,"td ada yg bawa troli koq dibiarin mas? ini kan antrian utk kasir keranjang?"
Apa jawabannya?
"Nanggung bu. Sudah terlanjur masuk."
I was like..WHATT??
"Tapi mas nya kan bisa negur dia. Mas nya ngingetin dia ga?"
"Enggak" jawab dia pendek. confused_rev emotikon
"Ya ga bisa gitu dong mas. Yg lain juga antri dan ada haknya masing2. Kalo dibiarin kaya gitu dia akan gitu terus. Ga boleh kaya gitu. Lain kali harus ditegur mas"
Si mas kasir diem aja.
"Lain kali harus ditegur ya mas," saya ulangi kata2 saya.
"Iya bu," baru dia jawab.
Selepas dari situ saya berjalan ditemani si sulung n kak eL. Saya katakan pada mereka utk jangan ragu menyampaikan pendapat walau itu mgkn sepele di mata orang. Jangan berpikiran 'ah cuma satu aja koq', 'ah sekali ini aja', pola2 pikir macam ini akan menimbulkan masalah kemacetan dan sampah loh. Ga percaya? Berapa banyak dr kita yg dg entengnya buang sampah di jalan dg berpikir "ah cuma segini l ah satu bungkus aja l ah satu gelas aja l ah cuma sebungkus permen..dst" Satu orang berpikir seperti itu kumpulin aja dg seribu orang yg berpikiran sama. Dijamin ada seribu sampah numpuk jd satu.
Sama kaya antrian kasir td. Ah cuma sekali ini aja, pikir si perempuan tadi. Dan kasirnya berpikiran, ah ya udah deh..nanggung. Ga terbersit di pikiran si kasir klo ada pelanggan lain yg ga rela haknya dipake oleh yg bukan pengguna antrian itu. Kalo orang dewasanya kaya gini, gimana mo ngarep anak2 kita punya adab yg baik?
Satu orang, satu batang, satu bungkus, satu lembar. Jangan pernah meremehkan the power of SATU. Kita ini punya pilihan, menjadi baik atau menjadi buruk. Mau menambah satu orang di barisan orang baik atau di barisan orang buruk? Think again. It's your choice. But remember, your choice do make an impact.

CERITA 2: 

Masih ingat status saya ttg pembeli bertroli yg antri di kassa keranjang? Sore td kejadian lagi tp di supermarket yg berbeda, yaitu super indo.
Pelakunya ada di dua baris di belakang saya. Jd saya tdk melihatnya. Baru terlihat selagi saya menyelesaikan pembayaran. Pelakunya bapak2. Ini loh yg saya bilang kmrn itu, jgn remehkan the power of SATU. Ah, cuma satu aja. Ah, cuma saya doang. Well, saya dah nemu dua pelaku yaa. Jadi ga satu lagi nih. Entar yg dua ini apa dijadiin 10? 100??
TAPI kali ini acungan jempol layak diberikan ke si mbak kasir. Dg ramahnya dia meminta si bapak utk beralih ke kassa sebelah. Guess what? Si bapak nawar! Cuma segini mb, sambil nunjuk trolinya. Untungnya si mbak kekeuh nyuruh pindah tp ttp dg senyum. Akhirnya si bapak pindah. Yess!!
Saya menyaksikannya dg penuh senyum. Ingat kejadian di supermarket lain. Tp yg ini ends well. Harus begini. Masyarakat kita masih ignorant sama hal sepele seperti queue ato ngantri. Ayolah..big thing starts from small thing. Biasakan tertib. Enak loh hidup tertib n teratur. Dan anda jd lbh dihargai bila bisa antri dh tertib.
smile emotikon smile emotikon smile emotikon

KARAKTER MUKMIN YG SABAR


Tadi pagi pas hadir taklim ba'da subuh di masjid Darusslam kota wisata, ustadznya bertausiah ttg puasa sbg pembangun peradaban. Denger kata2 "peradaban" itu seperti gimanaaa gitu. Dan demikianlah Islam. Di wilayah manapun ketika Islam masuk, selalu terbentuk peradaban baru yg kuat. Seperti halnya ketika Islam masuk Spanyol, maka tak lama kemudian Cordoba menjadi pilar peradaban dunia. 
Yg perlu digarisbawahi, Islam yg dibawa adalah Islam yg kaaffah, didukung oleh ulama2 yg mumpuni. Mengapa dibutuhkan ulama2 yg mumpuni? Utk pengingat manakala peradaban mulai keluar jalur. Islam tidaklah anti dg ilmu2 dr luar Islam. Segala yg baik diserap. Namun manakala penyerapan ilmu di luar Islam mulai keluar dari jalur syariat maka tugas ulama utk mengembalikannya ke track semula.

Utk menegakkan peradaban Islam, butuh mukmin yg ga sembarangan kualitasnya. Yg seperti apa sih kualitas mukmin yg dibutuhkan itu? Sang ustadz mengutip sebuah ayat dalam Al Qur'an yaitu surat Al Anfal ayat 65. Beliau menceritakan kejadian dikalahkannya pasukan Romawi yg menjadi latar turunnya ayat ini. Bayangkan, 1 orang mukmin yg SABAR, dapat mengalahkan 10 org kafir. Satu orang mukmin setara dg kekuatan 10 org kafir. Maka nyatalah tatkala Romawi dikalahkan pasukan Islam. Saat itu kekuatan Romawi berjumlah 200rb orang sementara pasukan Islam 20rb orang. Dan pasukan Islam menang. Tidakkah ini menjadi pelajaran bagi kita? Satu mukmin yang SABAR. Ingat ingat lagi, satu MUKMIN yang S.A.B.A.R. Itu kuncinya.

Wallahu a'lam

THE REAL TEACHER

Si bungsu ini terhitung terlalu muda saat mulai masuk sekolah. Masuk TK usia 3th 4bln dan masuk SD usia 5th 4bln. Saya sempat kuatir dg kedewasaannya dibanding teman2nya apalagi di usianya skrg 10th naik kelas 6 sementara teman2nya sdh usia 12th yg tentunya lebih dewasa. Dan kekuatiran saya memang terjadi. Dia lebih "kekanakan" dibanding teman sekelasnya.
Berhubung itu sudah terlanjur tentunya saya tak bisa menarik kembali dia ke kelas di bawahnya. Jadi ya sudah jalan saja. Saya rasa ga masalah dia bergaul dg anak2 yg lebih tua. Krn pergaulan itu tak dibatasi umur kan? Malah di satu sisi saya bersyukur di saat teman2nya sdh lebih "dewasa", si bungsu bertahan dg "kekanakan"nya.
Nah yg jadi masalah adalah pemahamannya thd beban pelajaran yg bisa kita anggap "berat" utk ditanggung anak seusia dia. Apalagi dg kurikulum skrg yg makin padat. Maka saya sendiri ga terlalu PUSH ke dia soal pelajaran. Pemaklumannya terhadap dia saya besarkan. Saya "lepas" dia utk berkembang sendiri. Surprisingly, dia ternyata mampu dalam pelajarannya. Nilai2nya termasuk melampaui KKM walau dia tak menempati peringkat atas di kelas tp setidaknya bukan di tengah2 ataupun bawah. Saya yg sering jadi malu pada diri saya sudah under estimate sama anak sendiri hehe...
Ketiga anak saya alhamdulillah mewarisi hobi saya yaitu membaca. Tp si bungsu ini yg paling besar minat membacanya. Dan satu hal yg jadi kelebihannya adalah sifat keponya. Kritis bertanya ke saya yg kadangkala pertanyaan itu tak terpikir akan keluar dr dia. Lagi2 saya terlalu skeptis dan under estimate sama dia. Ini kesalahan saya. He never failed to surprise me with his conversation with me. Kadang kalo lagi ngecipris sama saya, saya suka heran krn ujung2nya materi yg saya omongkan itu termasuk berat buat anak2. Tapi tetep saya sampaikan. Krn buat saya, momen dia bertanya itu ga akan bisa berulang. Kalopun berat, pasti ada sedikit2 yg nyantol lah di pikiran dia dan suatu saat bisa diulang lagi materinya.
Seperti ketika saya ajak dia ke taklim ba'da subuh di masjid kotwis bbrp hari yg lalu. Saya dan kak eL di barisan perempuan, sementara dia sendiri di barisan laki2 (si sulung n bapaknya di masjid deket rumah aja). Sepulang dari sana saya tanya bagian mana yg dia dengar dari taklim tadi. Kebetulan yg kasih tausiah adl ust. Oemar Mita. Dia jawab, ttg Abu Dawud yg membeli surga seharga satu dinar. Saya pikir, ooh itu yg nancep di dia. Sementara yg nancep di saya adalah soal keyakinan Allah sudah menjatah rizqi kita di dunia dan kaitannya dg parenting. Dia justru nangkep materi yg tdk saya catat sbg catatan penting (bukan berarti ga penting yaa). Dari situ akhirnya malah saya jd beruntung krn dg begitu jd mudah mengingatkan dia utk mengucapkan "yarhamukalloh" ketika ada orang bersin berdasarkan kisah Abu Dawud td.
Intinya, kita sebagai orang tua, punya tugas menjadi pendidik bagi anak2 kita. Namun pada momen tertentu justru kitalah yg dididik oleh anak kita. Terutama dididik ttg cara memahami dan menghargai setiap kemampuan mereka. Never ending learning process in educating them. Semoga ketiganya menjadi qurrota a'yun dan muttaqiina imaama.
Allahumma bariklakum my kiddos heart emotikon heart emotikon heart emotikon

Sabtu, 16 Mei 2015

BABI DAN TURUNANNYA, TERMASUK DALAM VAKSIN




Video di atas menjelaskan tentang babi dan produk2 yang mengandung unsur babi dan turunannya. Hampir mencakup segala produk yg dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Ya dimakan, ya dipakai, ya disuntikkan, ya dijadikan alat. Banyak sekali ternyata jejak babi di produk sehari-hari.

Lalu bagaimana hukum babi sendiri dalam Islam? Pemanfaatannya silakan simak hadits dalam gambar berikut ini:




Turunan babi yg digunakan dalam produksi vaksin adalah tripsin dan gelatin (salah satunya).
Tentang vaksin dan gelatin bisa disimak di link berikut ini:
http://vec.chop.edu/service/vaccine-education-center/vaccine-safety/vaccine-ingredients/gelatin-allergies.html

Apa itu gelatin?


Selebihnya bisa dibaca di sini:
http://www.ovg.ox.ac.uk/vaccine-ingredients#gelatine

Di luar ttg status hukum gelatin dalam Islam, ternyata gelatin dalam vaksin dapat menimbulkan reaksi yg buruk bagi anak-anak kita. Bisa dibaca di sini:
http://www.medscape.com/viewarticle/814826


MUI sendiri berpendapat belum ada vaksin anak yang memiliki sertifikat halal:
http://mysharing.co/mui-belum-ada-vaksin-imunisasi-yang-halal-untuk-bayi/

Bahkan disertasi Direktur LPPOM MUI menegaskan bahwa gelatin babi itu haram:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/05/12/no7k73-disertasi-direktur-lppom-mui-gelatin-babi-haram

Silakan dibaca-baca link di atas. Educate before you vaccinate.

Salam

#say_no_to_vaccine
#imun_is_ASI

Kamis, 05 Maret 2015

HERD IMMUNITY? NO WAY

Bismillah
Alhamdulillah for Islam

Islam adalah jalan hidup. Way of life. Bukan sekedar ritual tanpa makna. Setiap sendi kehidupan, ada aturannya dalam Islam. Ga percaya? Urusan ke kamar kecil ada aturannya. Urusan makan dan minum ada tuntunannya. Urusan kesehatan? Sakit? Jangan ditanya. Ada. Lengkap!

Sebagai muslim, harusnya rujukan kita pertama kali tentu adalah Allah dan RasulNya. Untuk urusan yg sifatnya duniawi pun, seperti kesehatan, tetap rujukan awalnya adalah Allah dan RasulNya. Apa artinya ini menafikan perkembangan teknologi di dunia medis? Tentu saja tidak. Akal yg dipunyai manusia harus digunakan sebaik-baiknya utk kemaslahatan umat. Namun pemanfaatan akal ini punya rambu. Ya itu tadi, merujuknya kembali hanya kepada Allah dan RasulNya.

Oleh karena itu, saat kita seorang muslim menjumpai teori atau ilmu yg sifatnya duniawi, periksa dulu, ada ga dalam Qur'an dan sunnah. Dan PASTI ADA :)
Yup, ada tuntunannya.

Kalaulah kita sekiranya menemukan satu ilmu atau teori atau metode yang nampaknya baru, ya periksa dulu. Bertentangan dg syariat ga? Contohnya teori Herd Immunity alias teori Kekebalan Kelompok. Menurut teori ini bila satu kelompok atau sekumpulan orang yg tinggal di satu wilayah memenuhi cakupan vaksinasi sebesar 95% maka akan terbentuk kekebalan kelompok. Artinya, bila ada virus atau bakteri yg menginfeksi wilayah tsb,anrtibodi kelompok yg sudah tervaksin itu mampu mengalahkan serangan virus atau bakteri itu tadi. Itu logika nya mereka yang mendukung vaksinasi.

Dimulailah kampanye utk vaksin dengan tujuan pemenuhan target cakupan agar Herd Immunity ini terbentuk. Bagaimana jika cakupan tak tercapai? Ya kekebalan kelompok tak terbentuk. Siapa yang salah? Ya siapa lagi kalau bukan orang-orang yang menolak divaksin yang menyebabkan kekebalan itu gagal terpenuhi. Wheew!

Sebenarnya ada ga sih konsep kekebalan dalam Islam? Nah, ini...harusnya yang kita pikir sebelum menelan teori barat mentah-mentah lalu menerapkannya mentah-mentah dan kemudian membabi buta menyalahkan orang lain yang tidak sepaham dengannya. Kita kembali ke syariat. Ajukan pertanyaan mendasar itu. Adakah konsep kekebalan dalam Islam?

Alhamdulillah for Islam, dan memang ADA loh kekebalan atau imunitas dalam Islam. Dan kekebalan ini berlaku umum pula. Wah, mana dalilnya?

"Barangsiapa yang menyaksikan orang yang tertimpa bencana / penyakit, lalu ia berdoa: ALHAMDULILLAAHILLADZII 'AAFAANII MIMMAB TALAAKA BIHI WA FADL-DLOLANII 'ALAA KATSIIRIN MIMMAN KHOLAQO TAFDLIILAA (segala puji hanya milik Allah Yang telah membebaskanku dari apa yang Dia uji engkau dengannya, dan Yang benar-benar telah mengaruniaiku keutamaan dibanding banyak dari makhluqNya),.. melainkan ia akan terbebas dari bencana / penyakit tersebut, apapun wujudnya, sepanjang hayat."
(HR. At Tirmidzi dan lainnya, dan hadits ini dihasankan oleh Al Albani)
*dikutip dari buku Imunisasi Syariat, ust. Dr.Muhammad Arifin Badri,MA hal.72-73*

Simple ya konsep kekebalannya. Ga pake sakit dienjus enjus pula. Tidakkah kita sudah dicukupi dengan Islam? Gali tuntunan kita, gali syariat kita dalam hal kesehatan. Ada koq. Tinggal kita mentadabburinya. Jangan bermudah-mudah silau dengan teori barat yang tak sesuai dengan syariat. Di kita ini gampang sekali terpesona dengan teori barat apalagi yang berbekal kata "ilmiah". "Pokoknya ini yang buat kan ahlinya. Kalo tidak diserahkan ke ahlinya tunggu saja kehancurannya." Loh loh loh...lah koq bawa teori barat tapi ditempelin ke hadits. Ya ini berlebihan namanya. Jangan taqlid laah apa kata barat. Teliti dulu teorinya, jangan asal telan. Muslim itu harusnya pede dengan tuntunannya sendiri. Buktinya, berapa ratus tahun Islam berkuasa di dunia, dunia diliputi dengan peradaban yang agung. Peradaban mulia di setiap sisi. Ini yang harusnya kita angkat lagi. Bukan teori barat yang berlatar kapitalis dan berorientasi uang.

Wassalam

Selasa, 03 Maret 2015

FEAR MONGERING

Bismillaahir rohmaanir rohiim

Hari ini saya mendapat info dari dua bunda via inbox dan whatsapp grin emoticon tentang beredarnya fear mongering seputaran penyakit pertusis. Wujudnya berupa upload foto yg klaimnya merupakan penderita pertusis dengan kondisi mata mengalami pendarahan pada bagian putihnya. Disertai kata-kata pengantar seperti ini: "anak, usia 5th, tidak diimunisasi. Menderita pertusis. Mata kanan mengalami pendarahan. Anak kedua, mengalami pendarahan pada kedua mata. Mungkin para antivax sudah kehilangan rasa kasihannya. Pertusis itu bisa dicegah dengan vaksin." 
Serem kah fotonya? Serem doong....
Asli bikin galau yang melihatnya dan rasa-rasanya jadi ingin memvaksin anak untuk melindunginya dari pertusis.

Etapi tunggu dulu, apa sih yang sebenarnya terjadi pada mata itu? Benarkah itu terjadi karena pertusis?
Saya berterima kasih kepada dua bunda shalihah yang menginfokan kepada saya tentang foto2 fear mongering itu. Karena saya ini orangnya kepoan dan senang mencari tahu, maka saya pun berseluncur di dunia maya dengan memasukkan kata kunci "pendarahan mata karena pertusis". Kira-kira ada ga ya?

Keluarlah beberapa hasil pencarian. Ketemu istilahnya. Yaitu SUBCONJUCTIVAL HEMORRHAGE.
Berikut saya copaskan artinya:

Subconjuctival hemorrhage
Kemerahan yang terang dari putih-putih mata dapat juga terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah yang kecil sekali yang menutupi putih-putihnya mata pecah dari trauma atau perubahan-perubahan tekanan dalam kepala (contohnya, setelah tertawa atau muntah yang kuat, ketika menyelam dibawah air, atau bahkan membengkok dengan kepala dibawah). Kondisi ini disebut subconjunctival hemorrhage, dan ketika itu dapat nampak mengesankan, ia umumnya adalah tidak berbahaya. Ia menyebabkan suatu area lokal dari bagian putih mata (sclera) menjadi memerah dengan hebat. Ia tidak secara khas melibatkan bagian berwarna dari mata (iris) dan tidak mempengaruhi penglihatan.
sumber: http://doktersehat.com/penyebab-mata-merah/#ixzz3TE4AdsN9

Perhatikan pada bagian sebab terjadinya pendarahan mata ini --> "..terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah yang kecil sekali yang menutupi putih-putihnya mata pecah dari trauma atau perubahan-perubahan tekanan dalam kepala (contohnya, setelah tertawa atau muntah yang kuat, ketika menyelam dibawah air, atau bahkan membengkok dengan kepala dibawah)."
Sekali lagi, akibat trauma atau perubahan tekanan dalam kepala. Seperti tertawa atau muntah yang kuat. Termasuk BATUK. Yup, batuk yang kuat dan menimbulkan guncangan pada kepala juga berpeluang menyebabkan pendarahan ini.

Kalau begitu, apakah pendarahannya disebabkan oleh bakteri pertusisnya? Bukan. Tapi batuk-batuknya yang kuat yang menyebabkan perubahan tekanan di kepala sehingga pembuluh darah yang kecil sekali pada mata itu pecah. Dan penyebabnya pun bukan hanya batuk. Tp muntah, tertawa, menyelam di bawah air, membengkok dengan kepala di bawah, itu contoh hal-hal yg dapat menyebabkan subconjuctival hemorrhage. Dan poin yg paling penting lagi di keterangan di atas, "ia umumnya TIDAK BERBAHAYA." Bahkan di salah satu komen di foto fear mongering itu menyebutkan bahwa dokter anak langganan dia mengatakan hal ini bisa hilang dengan sendirinya. Wow sekali bukan?

Jadi begini, ada oknum dokter yang berupaya menakut-nakuti masyarakat dengan postingan foto-foto yang heboh, dramatis dan terlihat seram, namun tanpa fakta yang lengkap. Apalagi disertai kata pengantar yang dramatis seolah pertusis mengakibatkan pendarahan pada mata. Ini gak nyambung loh. Ini saya anggap pembodohan dan pembohongan. Masyarakat ditakut-takuti dengan gambar supaya mau divaksin, sementara fakta di balik pendarahan mata itu tidak disebutkan. Bukankah kalangan provax familiar dengan jargon "correlation doesn't equal causation"? Berhubungan tapi belum tentu sebagai penyebab? Ya sama. Pendarahan mata ini bukan disebabkan pertusis. Tapi guncangan saat batuk. Apakah hanya batuk pertusis yang bisa menyebabkan guncangan pada kepala? TIDAK. Kejadian pendarahan mata atau subconjuctival hemorrhage ini tidak melulu disebabkan oleh batuk yg diderita pasien pertusis. Tapi banyak sebab lain yg bisa menimbulkannya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Dan itupun bisa hilang dengan sendirinya serta tidak berpengaruh terhadap penglihatan. Jadi jangan keliru memahami korelasinya.

Setelah tahu fakta ini masihkah percaya dengan propaganda ala-ala penjual vaksin?
Yuk thinker parents, jangan mudah termakan propaganda oknum-oknum tertentu yg ingin memuluskan penjualan vaksin. Ingat, saya di sini bukan untuk meremehkan penyakit pertusis. Bukan. Tapi saya mengajak masyarakat untuk lebih jeli terhadap taktik fear mongering rendahan macam ini.

Yang lebih penting lagi, jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesehatan buah hati kita dengan asupan-asupan nutrisi yang halal lagi thoyyib yaa. Meningkatkan imunitas itu perlu, perlu banget malahan. Tapi bukan monopoli vaksin. Masih banyak cara untuk sehat.

Salam

#say_no_to_vaccine
#imun_is_asi

Selasa, 03 Februari 2015

TANGGAPAN TERHADAP TULISAN: "PANDANGAN ISLAM TERHADAP VAKSINASI"

Bismillahirrohmanirohiim.
Tulisan ini merupakan tanggapan atas sebuah tulisan di portal Islamedia yang memuat tulisan seorang dokter spesialis anak dengan judul Pandangan Islam Terhadap Vaksinasi. Setelah membaca tulisan tersebut saya rasa perlu dibuat sebuah tanggapan (kalau tidak mau disebut bantahan) untuk meluruskan beberapa poin dalam tulisan itu sekaligus menyampaikan kritik balik terhadap pandangan dokter tersebut tentang pihak-pihak yang menolak vaksin.

Dr.P: Beberapa waktu belakangan ini marak seruan antivaksinasi bermotifkan isu agama. Isu yang dihembuskan adalah menyangkut kehalalan dan keamanan vaksin. Apalagi kelompok antivaksinasi ini sangat giat menyebarkan pemahamannya baik di ranah media sosial seperti twitter dan facebook maupun di pelosok-pelosok melalui berbagai forum, seperti majelis taklim di masjid-masjid kampung. 

Masyarakat awam pun mudah mengikuti seruan ini karena sensitifnya isu halal dan haram vaksin. Selain itu isu bahwa vaksin mengandung zat kimia beracun pun dihembuskan kencang. Hal ini diakhiri dengan himbauan agar masyarakat kembali menggunakan pengobatan ala nabi (tibbun-nabawy) dan melarang penggunaan obat kimia dan vaksin yang merupakan buatan manusia. Umat dihimbau agar menggunakan zat alamiah seperti herbal dan tidak lagi memakai obat-obatan modern. Alasannya karena herbal itu buatan dan racikan Allah SWT sendiri sedangkan obat modern dan vaksin itu murni buatan manusia.
 

Tanggapan: masalah halal haram tentu saja menjadi perhatian kami mengingat proses pembuatan vaksin tak lepas dari persinggungan dg babi. Belum lagi memanfaatkan janin kera ato janin manusia yg diaborsi sbg tempat biakan. Mengenai himbauan utk kembali ke thibbun nabawi, apa ada yg salah dg himbauan itu? Bukankah itu suatu himbauan yg baik manakala muslim diingatkan akan sunnah2 dalam Islam terutama yg berkaitan dg kesehatan? Adapun kalimat “melarang penggunaan obat kimia dan vaksin yg merupakan buatan manusia” saya koq tdk menganjurkan demikian yaa. Yg kami para vac aware ini sarankan adalah bersikaplah kritis thd penggunaan obat2 kimia mengingat obat kimia efek sampingnya bersifat akumulatif. Kalaupun terpaksa menggunakan obat kimia, gunakan secara rasional dan tak lupa memastikan kehalalan bahannya.

Dr. P: Terjadi dikotomi antara herbal dengan obat modern, tibbun-nabawy dengan vaksinasi, yang satu diposisikan sebagai berasal dari Allah dan yang lain berasal dari manusia, yang satu benar mutlak yang lain salah total.
 

Tanggapan: baca lagi tanggapan saya sebelumnya

Dr. P: Mereka menuduh ada bisnis besar di balik penjualan obat modern dan vaksin yang menggunakan dokter dan tenaga kesehatan lain sebagai agen-agennya. Ditambah dengan bumbu teori konspirasi, bahwa vaksin adalah senjata Yahudi untuk melumpuhkan generasi muslim, maka lengkaplah sudah kegalauan masyarakat terhadap vaksinasi ini.
 

Tanggapan: saya lebih suka menyebutnya konspirasi mafia farmasi. 

Dr. P: Tulisan ini akan membahas secara ringkas tentang pandangan agama dalam hal ini Islam terhadap vaksinasi dan imunisasi. Semoga tulisan ini dapat membantu menjernihkan persoalan seputar isu agama dan vaksinasi yang beredar di masyarakat.
 

Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan Al Qur'an banyak menyebutkan keharusan seorang muslim mengeksplorasi alam semesta.
 

Dalam surat Ali Imran 190-191 misalnya disebutkan kriteria ulil albab (cendekiawan), "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergiliran malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring dan senantiasa bertafakkur (berpikir mendalam) tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata ya Tuhan kami tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka."
 

Dalam ayat tersebut di atas dan ayat-ayat sejenis yang banyak dijumpai dalam Al Qur’an tampaklah bahwa seorang cendekiawan atau ulil albab itu adalah orang yang mampu melakukan harmonisasi kegiatan dzikir dan fikir.
 

Di dalam Islam tidak terdapat pemisahan antara aktifitas berdzikir dan bertafakkur atau berfikir secara mendalam (deep thinking). Aktifitas berfikir mendalam tentang penciptaan Allah di langit dan bumi akan meningkatkan keimanan seseorang dan menguatkan kegiatan dzikirnya kepada Allah SWT. Jadi ringkasnya Islam sangat menganjurkan ummatnya untuk mengeksplorasi alam semesta ini, baik alam makrokosmos dan mikrokosmosnya. Hasil eksplorasi alam semesta itu ditujukan untuk kebaikan manusia itu sendiri di dunia dan sekaligus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
 

Dalam sudut pandang lain kita bisa melihat dari perspektif diturunkannya ilmu Allah kepada manusia. Secara garis besar ilmu Allah ini diturunkan kepada manusia melalui dua jalur. Pertama jalur resmi (formal) yaitu ilmu yang diturunkan melalui para Nabi dan Rasul berupa wahyu/firman Allah dan petunjuk nabi. Ilmu tersebut dikenal dengan ilmu qauliyah. Yang kedua adalah jalur tidak resmi (non-formal) berupa ilham yang diberikan langsung kepada manusia (apa pun agama dan rasnya) yang mengeksplorasi alam semesta ini sesuai anjuran pada ayat Al Qur'an di atas. Ilmu tersebut dikenal dengan ilmu kauniyah.
 

Ilmu qauliyah kebenarannya mutlak, bersifat umum, berfungsi sebagai way of life bagi manusia. Sedangkan ilmu kauniyah kebenarannya relatif, bersifat spesifik, dan untuk melengkapi sarana kehidupan manusia. Kedua macam ilmu tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan agar kehidupan manusia harmonis dan seimbang. Gagal memahami persoalan di atas atau menolak salah satunya akan membuat seorang muslim bersikap ekstrim bahkan terjebak ke dalam dikotomi ilmu islam non-islam, ilmu Allah dan ilmu manusia, dan seterusnya.
 

Tanggapan: sepakat

Dr. P: Vaksinasi sebagai salah satu ilmu kauniyah terbesar abad ini, diawali dengan tradisi masyarakat muslim Turki pada awal abad-18 yang memiliki kebiasaan menggunakan nanah dari sapi yang menderita penyakit cacar sapi (cowpox) untuk melindungi manusia dari penyakit cacar (smallpox, variola) kemudian tradisi ini dibawa ke Inggris dan diteliti serta dipublikasikan oleh Edward Jenner tahun 1798.
 

Sejak saat itu konsep vaksinasi terus berkembang demikian pesat. Beragam jenis vaksin telah ditemukan selama dua abad. Dan masih akan banyak lagi jenis vaksin yang ditemukan. Penelitian untuk membuat vaksin merupakan penelitian yang panjang, sangat memperhatikan aspek keamanan dan keakuratan data. Satu jenis vaksin bisa memerlukan belasan tahun untuk membuatnya.
 

Diawali dengan uji laboratorium, kemudian uji pada hewan coba, relawan, orang dewasa, baru kemudian diterapkan pada bayi dan anak setelah terbukti produk vaksin tersebut aman dipakai. Bila terbukti sebuah vaksin menimbulkan efek simpang atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat dan fatal maka vaksin akan segera ditarik dari peredaran untuk diteliti ulang.
 

Tanggapan: Bila terbukti sebuah vaksin menimbulkan efek simpang atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat dan fatal maka vaksin akan segera ditarik dari peredaran untuk diteliti ulang.à Saya tidak pernah melihat hal ini dilaksanakan di Indonesia. Padahal sudah ada kejadian KIPI dan dokter setempat sdh menyatakannya sbg KIPI dg dampak sang anak meninggal. Tapi vaksin tak pernah ditarik dari peredaran utk diteliti ulang. Ada apa dg vaksin? Kenapa anti kritik?

Dr. P: Berbagai prestasi vaksinasi pun telah dapat kita lihat dalam catatan sejarah kemanusiaan. Di antara prestasi terbesar vaksinasi adalah lenyapnya penyakit cacar pada tahun 1979. Inilah salah satu bukti manfaat ilmu kauniyah yang dipelajari manusia (apa pun agama dan rasnya).

Tanggapan: Mengklaim sebuah penyakit lenyap dari muka bumi ini adalah bukti nyata bahwa dampak vaksin mengakibatkan pola piker yg melawan syariat. Ijinkan saya mengutip sebuah hadits berikut. Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash di hadapan sahabat Usamah bin Zaid tentang penyakit/wabah tha’un, maka sahabat Usamah bin Zaid mengabarkan bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pernah menjelaskan tentang hal itu dengan sabdanya: “Sesungguhnya penyakit ini adalah kotoran yang dengannya Allah mengadzab sebagian umat sebelum kalian, kemudian tersisa di bumi, kadangkala ia hilang, kadangkala ia dating kembali” (Muttafaqun ‘alaih).
Silakan renungkan hadits di atas. Masihkah percaya diri mengklaim sebuah wabah atau penyakit dieradikasi?



Dr. P: Hasil dari eksplorasi alam semesta di antaranya ilmu tentang vaksin (vaksinologi) telah menghasilkan manfaat yang luar biasa dalam bidang pencegahan penyakit pada manusia (dan juga hewan). Adalah amat keliru bila hasil penelitian selama dua abad itu kemudian ditolak dengan alasan amat sederhana: itu produk buatan manusia. 

Tanggapan: ga ada yg menolak vaksin krn alasan itu. Kalaupun misal ada, itu bukan saya

Dr. P: Pendikotomian buatan Allah dan buatan manusia seperti pemahaman sebagian kelompok muslim yang antivaksinasi pada hakikatnya adalah pemahaman yang amat sekuler. Pemahaman yang jauh menyimpang dari intisari ajaran Islam yang sebenarnya.

Tanggapan: hati-hati melabeli pak dok. Menuduh sekuler? Sayang sekali, statement anda kali ini terlihat emosional dan terburu-buru. Tuduhan yg salah akan berbalik kepada penuduh.

Dr. P: Bila kita memahami dengan baik posisi ilmu kauniyah maupun ilmu qauliyah adalah bersumber dari Allah SWT yang Maha Berilmu, maka tidak perlu lagi terjadi hal seperti di atas.

Tanggapan: nasihat yg sama berlaku untuk anda pakdok. 

Dr. P: Pandangan Islam terhadap aspek pencegahan penyakit Islam mengutamakan aspek pencegahan dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai contoh dalam menghadapi kemungkinan timbulnya penyakit menular seksual, Islam dengan tegas melarang ummatnya untuk mendekati zina. Dalam surat al Isra 32 : "Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk”. Coba perhatikan, bukan larangan berzina tapi larangan untuk mendekati zina. Suatu aspek preventif yang luar biasa karena jauh lebih mudah menghindari mendekati zina daripada menghindari berzina. Bandingkan dengan program kondomisasi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan masyarakat karena justru memfasilitasi zina secara tidak langsung.
 


Panduan terhadap pencegahan penyakit dalam al Qur'an maupun al Hadits (petunjuk Nabi saw) dapat dilihat pada beberapa ayat dan hadits berikut: 

Jagalah lima keadaan sebelum datang lima keadaan, di antaranya: jagalah kesehatanmu sebelum datang masa sakitmu. (Al Hadits).

Bila terjadi wabah di suatu tempat, maka penduduk setempat dilarang meninggalkan daerahnya dan orang luar dilarang berkunjung sampai wabah berlalu (Al Hadits). Inilah konsep isolasi daerah wabah yang sudah diajarkan oleh Nabi SAW sejak dahulu.

Mukmin yang kuat lebih disukai Allah SWT daripada mukmin yang lemah ( Al Hadits). Dan persiapkanlah kekuatan semaksimal mungkin dalam menghadapi musuh-musuhmu... (QS 8:60)

Barangsiapa makan tujuh butir kurma Madinah maka ia tidak akan terkena pengaruh sihir atau racun (Al Hadits).

Dari beberapa hadits dan ayat Qur'an tersebut di atas kita dapat melihat bahwa Islam sangat menganjurkan aspek pencegahan terhadap penyakit. Karena biaya yang dikeluarkan untuk aspek pencegahan akan jauh lebih murah dibandingkan dengan pengobatan penyakit. Hal ini telah dibuktikan kebenarannya oleh ilmu kedokteran modern. 

Tanggapan: penjelasan di atas tidak ada pertentangan dari saya. Justru hal di atas sejalan dg apa yg kami jalankan selama ini, yaitu mengoptimalkan pencegahan penyakit. Hanya saja kami berpikir ulang untuk menggunakan vaksin sbg alat pencegahan kami. Masih banyak cara utk mencegah penyakit selain dg vaksin. 
Pakdok mungkin lupa, bahwa satu penyakit bisa disembuhkan dengan macam-macam obat. Ada yang Allah sembuhkan lewat bacaan Qur'an, lewat ruqyah, lewat bekam, lewat, madu, lewat makanan, dan lain-lain. Intinya, kesembuhan itu bisa dengan berbagai cara. Karena sesungguhnya kesembuhan itu datangnya dari Allah. 
Nah, bila kesembuhan satu penyakit saja bisa lewat banyak jalan, bagaimana mungkin untuk sesuatu yang bersifat pencegahan anda klaim hanya bisa dilakukan dengan vaksin?

Dr. P: Islam memberi kebebasan dalam hal teknik pencegahan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada saat itu. Islam tidak pernah membatasi kemajuan teknologi, namun hanya memberi batasan atau rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Ini terbukti dengan pernyataan Nabi SAW ketika ada yang bertanya kepada beliau mengenai perkawinan pohon kurma. Saat itu beliau memberi nasehat dan ternyata kurma menjadi tidak berbuah saat dilaksanakan nasehat tersebut. Akhirnya beliau SAW bersabda: Antum a'lamu bi umuri addunyakum artinya kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu.
 

Islam hanya mengajarkan rambu-rambu yang bersifat umum dan baku, seperti larangan berobat dengan yang haram, larangan berobat ke dukun atau ahli sihir namun mengenai hal-hal yang bersifat teknis sepenuhnya diserahkan kepada perkembangan ilmu sains sesuai perkembangan zamannya. Dengan prinsip ini tidak heran bahwa para ilmuwan muslim pernah mencapai puncak kejayaannya dalam hal sains tidak berapa lama setelah Nabi SAW wafat.
 

Tanggapan: Anda membawa hadits "antum a'lamu bi umuri addunyakum" untuk diterapkan dalam hal teknis vaksin. Tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar. Tidaklah salah bila kita memanfaatkan otak yang Allah berikan untuk kepentingan umat seperti halnya dalam bidang sains dan teknologi. Perkembangan sains yang menyesuaikan dengan perkembangan jaman itu mutlak diperlukan dan perlu untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umat. Tidak ada bantahan tentang itu. Maka tidaklah salah bila manusia-manusia yang memiliki ilmu pengetahuan lalu berlomba-lomba menemukan sesuatu yang bisa dipakai untuk kemaslahatan umat. Namun hal itu bukanlah bebas tak berbatas pakdok. Anda sendiri menyebutkan di atas, ada rambu-rambu yang harus dipatuhi, terutama dalam bidang yang anda geluti yaitu kedokteran. Ada rambu larangan berobat dengan yang haram. Kalau saya mengatakan "larangan berobat dengan yang haram", biasanya dari kawan anda akan muncul komentar "apakah vaksin haram? mana dalilnya?" Sesuai kaidah muamalah, hukum asal benda itu halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. Vaksin yang anda klaim sebagai alat mencegah penyakit hukumnya asalnya adalah halal. Berobat itu sendiri dalam Islam hukumnya boleh. Namun kembali ke rambu-rambu yang anda sebutkan tadi, tentang larangan berobat dengan yang haram, tentu bisa mengubah hukum asal vaksin yang tadinya halal tadi menjadi haram manakala menggunakan bahan-bahan yang berasal dari zat yang haram, yaitu babi. Kita di Indonesia ini mempunyai sebuah badan sertifikasi halal MUI untuk bahan pangan dan obat-obatan termasuk vaksin. Sejauh ini saya belum medapati vaksin untuk anak yang sudah tersertifikasi halal MUI. Mengapa produsen vaksin belum mendapatkan SH MUI? karena belum mengajukan permohonan audit halal untuk mendapat SH MUI. Mengapa belum mengajukan permohonan audit? Karena produsennya sendiri tidak bisa menjamin kehalalan bahan-bahannya mengingat 95% bahan yang digunakan adalah impor.
Silakan cek di sini -> http://economy.okezone.com/read/2012/10/30/320/711221/labelisasi-halal-bio-farma-terancam-rugi-rp1-5-t
Saya kutipkan kata-kata Dirut Biofarma di situ: Jika RUU Jaminan Produk Halal diberlakukan maka produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Bio Farma (Persero) terancam menanggung kerugian cukup besar, yakni mencapai Rp1,5 triliun.

Pasalnya, sampai saat ini, hampir sebagian besar bahan baku Bio Farma didatangkan dari luar negeri alias impor.

"Hampir 95 persen bahan baku kami dari impor, Jika RUU itu disahkan, kami tidak bisa berbuat banyak. Kami tidak bisa menjamin bahan baku pembuat vaksin dari impor, sepenuhnya halal," jelas Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar menjelang pertemuan ke-13 Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) di Kuta, Bali, Selasa (30/10/2012). 

Ini produsennya sendiri yang bicara. Yang lebih "mengerti" tentang "urusan"nya yaitu obat termasuk vaksin. Lalu apakah masih bisa dijadikan pegangan?
Seseorang dikatakan ahli dalam urusan dunia, itu sah-sah saja. Namun apakah "keahlian" itu mutlak jadi rujukan? Apakah seseorang yang ahli dalam urusan dunia namun abai dalam urusan akhirat masih kita anggap sebagai ahli yang selalu jadi rujukan? 
Contoh: Jamie Oliver adalah seorang koki terkenal di Inggris. Jago masak. Ahli kuliner pastinya. Tapi bila dia memasak makanan berbahan babi atau menggunakan wine, apakah kita tetap akan makan makanannya? Dengan alasan, percayakan pada ahlinya? Mari berpikir sama-sama pakdok.


Dr. P: Bila ditanyakan adakah dalil dari Al Qur'an atau Hadits Nabi yang spesifik menyebutkan perlunya vaksinasi? Jawabannya tentu tidak ada. 

Tanggapan: Noted dok!

Dr. P: Namun tidak adanya dalil qauliyah bukan berarti vaksinasi bertentangan dengan ajaran Nabi SAW. Hal ini adalah karena vaksinasi termasuk ranah kauniyah. Ranah ilmu pengetahuan modern yang diperoleh berdasarkan pencarian oleh manusia. Berdasarkan penelitian yang tekun dan seksama, sebagaimana sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu pakar mengenai vaksinasi tentu saja adalah para dokter dan peneliti di bidang vaksinologi, bukan wartawan, sarjana hukum, ahli statistik, atau yang lainnya.
 

Tanggapan: tentu saja, tidak bertentangan. Selama mematuhi rambu-rambu yang anda sebutkan di atas dok. Yang salah satunya anda sebutkan larangan berobat dengan yang haram.

Dr. P: Kita perlu tahu bahwa vaksinasi bukan hanya dilaksanakan di Indonesia namun juga dilaksanakan di lebih dari 190 negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara muslim. Sampai saat ini tidak pernah terdengar seorang pun dari ulama-ulama di negara-negara muslim itu yang melarang diberikannya vaksinasi kepada bayi dan anak di negaranya.

Tanggapan: “tidak pernah terdengar” ini kan versi pakdok. Kalo saya sih ada informasi ttg ulama yg memilih tdk vaksin. Waktu di Saudi heboh MERS, ada ulama yg memilih tdk mau divaksin. Jadi klaim “tidak pernah terdengar” ini kurang valid jadi acuan. J

Dr. P: Sebagai contoh Syaikh Abdullah Bin Bazz seorang mufti dari Saudi Arabia membolehkan vaksinasi. DR Yusuf Al Qaradhawy seorang ulama mujtahid yang berdomisili di Qatar pun membolehkan imunisasi. Bahkan beliau banyak menyerahkan masalah ini kepada para dokter yang menguasai ilmu vaksinologi secara mendalam dan kemudian beliau berikan fatwa terhadap apa yang diungkapkan para dokter.

Tanggapan: semoga rahmat Allah dilimpahkan kepada para ulama yg anda sebut. Kami sangat menghormati ulama dan tidak terbersit sedikit pun di hati kami utk tdk menghormati ulama. Terkait fatwa Syaikh bin Baz rahimahullah, mari kita simak berikut ini:

--start quote--

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz ditanya : Bagaimana hukum berobat dengan imunisasi (mencegah sebelum tertimpa musibah) ?
Jawaban
La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit karena adanya wabah* atau sebab-sebab lainnya. Juga tidak masalah untuk menggunakan obat untuk menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih, artinya : “Barangsiapa makan tujuh butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun”. Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan immunisasi untuk melawan penyakit yang muncul di suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang dikhawatirkan kemunculannya.
—end quote—
Perhatikan pertanyaan awalnya: hukum berobat dengan imunisasi (mencegah sebelum tertimpa musibah). Yang ditanyakan adalah hukum pencegahan penyakit. Berdasarkan pertanyaan ini, saya sepakat sekali dengan jawaban Syaikh bin Baz. Mencegah penyakit itu boleh. Ga dilarang koq. Makanya beliau mengumpamakan dengan makan tujuh butir kurma. Nah, di sini bedanya. Anda dan rekan-rekan anda selanjutnya mengqiyashkan vaksin sebagai pencegahan seperti halnya kurma. Padahal ada perbedaan besar di sana. Kurma adalah bahan alami, prosesnya pun tidak memanfaatkan barang-barang haram. Bagaimana dengan vaksin? Apakah persinggungan dengan tripsin babi dianggap boleh-boleh saja karena anda menganggap vaksin sama dengan kurma, yaitu untuk mencegah? Ini adalah pengqiyashan ngawur yang anda gunakan untuk memuluskan kampanye vaksin. Bedakan dengan kami yang benar-benar memanfaatkan kurma untuk mencegah penyakit.
Terkait Dr. Yusuf Qaradhawi, saya ingin tahu terlebih dahulu, apakah dokter-dokter yang memberikan masukan ke beliau soal vaksin ini sepenuhnya terbuka menyampaikan proses pembuatan vaksin? Saya sangat mengharapkan beliau mendapat informasi berimbang tentang vaksin. Bukan dari satu pihak saja yaitu provaksin dan mafia farmasi.

Dr. P: Kalau para ulama di tingkat internasional saja membolehkan vaksinasi lalu mengapa ada orang yang bukan ulama malah mempermasalahkan bolehnya vaksinasi dalam Islam. 

Tanggapan: sekali lagi, pertanyaan yg sama dengan sebelumnya terkait Dr. Yusuf Qaradhawi, sudahkah beliau-beliau ini diberi kesempatan mendengarkan argumen dari kalangan yang menolak vaksin? Mengenai bolehnya vaksinasi, saya tidak berbeda pendapat dengan Syaikh bin Baz. Tapi kebolehan vaksin ini tidak lantas membuatnya sebagai produk yang anti kritik bukan? Kami mengkritisi komponen-komponennya, proses pembuatannya, efek sampingnya. Itu adalah mutlak hak kami sebagai hak informed consent.
Lagipula klaim anda ini rancu. Anda membawa pendapat Syaikh bin Baz yang bersifat umum (hukum mencegah penyakit sebelum datangnya) ke dalam hal yang khusus yaitu vaksin. Vaksin pun sebenarnya masih perlu dipecah lagi karena masih bersifat umum. Belum membahas per merk. Analoginya begini. Hukum minum teh atau kopi itu apa? Halal. Minum teh atau kopi itu boleh-boleh saja. Tapi bila ada kopi atau teh yang pembuatannya ada yang dicampuri alkohol, apakah hukumnya tetap halal? Sama dengan vaksin. Vaksin bila digunakan sebagai pencegahan penyakit, itu boleh-boleh saja. Namun bila dalam prosesnya ada persinggungan dengan zat babi apa masih boleh? Saya tak hendak membahas tentang hukum najis di sini karena ada yang lebih ahli di bidang ini. Namun saya hendak menyampaikan bahwa sebagai konsumen tentunya kita punya hak untuk menolak vaksin.

Dr. P: Adapun pendapat sebagian kelompok Islam yang mengatakan vaksinasi dilarang dalam Islam karena menggunakan kuman yang disuntikkan ke dalam tubuh sehingga berpotensi membahayakan tubuh, adalah pendapat yang tidak berlandaskan ilmu. Hanya berdasarkan zhan atau prasangka belaka. Padahal Islam melarang umatnya untuk berprasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa.
 

Tanggapan: Jadi anda sekarang mengambil dalil larangan berprasangka? Baik. Harap dicatat, anda sendiri selama ini mempropagandakan vaksin juga dengan kata-kata penuh dengan prasangka. “Bila tidak divaksin, wabah akan datang.” “Ada wabah, ini kesalahan antivaks.” Bukankah statement ini juga berprasangka? Mana bukti atas kata-kata anda itu?

Dr. P: Saat ini ada sebagian orang yang bukan ahlinya namun seringkali berkomentar mengenai sesuatu yang tidak difahaminya secara mendalam. Hanya berdasarkan bacaan dari internet, bersumber dari tokoh-tokoh fiktif yang tidak pernah ada atau berdasarkan teori konspirasi. Hal ini amat disayangkan karena bertentangan dengan anjuran dan tradisi Islam yang sangat menekankan aspek kejujuran dan obyektifitas ilmiah.
 

Tanggapan: Lagi-lagi anda melakukan standar ganda dalam argumen anda pakdok. Anda sendiri juga kerap membawa artikel dari internet yg belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Saya pribadi tidak menyandarkan pendapat saya pada tokoh fiktif. Orang-orang yang saya ajak diskusi in sya Allah nyata semua pakdok. Jadi tuduhan anda justru menunjukkan tidak ada dasarnya. Di saat kami berargumen berdasar tokoh lain yang nyata, anda sibuk menggiring opini tentang tokoh antivax yang fiktif seolah antivax memakai argumen si fiktif tadi. Ini artinya tuduhan anda sebenarnya fiktif pakdok. Dan anda sibuk membahas personal tokoh tersebut ketimbang membantah argumen dengan fakta yang valid. 



Dr. P: Salah satu contoh tradisi ilmiah dalam Islam yang tidak ada bandingannya adalah pada proses penyeleksian ketat terhadap hadits hadits nabi. Mungkin orang-orang yang hobi menyadur rumor, berita fiktif, hoax, gosip, khususnya tentang kampanye negatif terhadap vaksinasi perlu meniru tradisi Islam dalam menyeleksi hadits shahih. 

Tanggapan: menyeleksi hadits shahih itu perlu banget pakdok, saya sepakat tentang itu. Namun menggunakan dalil shahih untuk pendalilan / penafsiran yang tidak tepat, memilih-milih hadits tertentu untuk kemudian dipasangkan ke argumen anda sehingga seolah vaksinasi didukung oleh dalil shahih itu jauh lebih berbahaya lagi. Dan itulah yang selama ini anda lakukan.

Dr. P: Masalah enzym babi dalam proses pembuatan vaksin. Salah satu persoalan yang sering dipermasalahkan mengenai kehalalan vaksin adalah digunakannya enzym tripsin dari babi selama pembuatan beberapa jenis vaksin tertentu.
 

Seringkali masalahnya ada pada perbedaan persepsi. Sebagian besar orang mengira bahwa proses pembuatan vaksin itu seperti orang membuat puyer. Bahan-bahan yang ada semua dicampur jadi satu, termasuk yang mengandung babi, dan kemudian digerus menjadi vaksin. Hal semacam ini adalah persepsi keliru mengenai proses pembuatan vaksin di era modern ini. Bila prosesnya demikian sudah tentu hukum vaksin menjadi haram. Namun sebenarnya proses pembuatan vaksin di era modern ini amatlah kompleks. Ada beberapa tahapan, dan tidak ada proses seperti menggerus puyer tadi.
 

Enzym tripsin babi digunakan sebagai katalisator untuk memecah protein menjadi peptida dan asam amino yang menjadi bahan makanan kuman. Kuman tersebut setelah dibiakkan kemudian dilakukan fermentasi dan diambil polisakarida sebagai antigen bahan pembentuk vaksin. Selanjutnya dilakukan proses purifikasi, yang mencapai pengenceran 1/67,5 milyar kali sampai akhirnya terbentuk produk vaksin. Pada hasil akhir proses sama sekali tidak terdapat bahan-bahan yang mengandung babi. Bahkan antigen vaksin ini sama sekali tidak bersinggungan dengan babi baik secara langsung maupun tidak.
 

Dengan demikian isu bahwa vaksin mengandung babi menjadi sangat tidak relevan dan isu semacam itu timbul karena persepsi yang keliru pada tahapan proses pembuatan vaksin. Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa halal terhadap vaksin meningitis yang pada proses pembuatannya menggunakan katalisator dari enzym tripsin babi. Hal serupa terjadi pula pada proses pembuatan beberapa vaksin lain yang juga menggunakan tripsin babi sebagai katalisator proses. 

Tanggapan: Ini saya ambil foto slide penjelasan wakil dr MUI dalam seminar imunisasi




Nah saya ingin Tanya, apakah proses purifikasi 1/67 milyar itu merupakan proses pencucian yg syar’i? Bila iya, mana dalilnya?

Sekedar pembanding, ini ada foto slide lagi:



Pada gambar di atas, najis yg jatuh pada keju padat berbeda perlakuannya bila jatuh pada keju cair. Pertanyaan saya, mengapa anda dan kelompok anda memilih mengqiyashkan vaksin dg dalil sucinya air 2qullah ketimbang dalil najis di keju cair? Apa dasarnya menqiyashkan vaksin dg air? Kalo mengambil ke”cair”annya, mengapa tdk mengambil dalil di atas?

Itu kalau bicara najis. Masalahnya, bicara babi ini bukan bicara najis lagi, tp zat yg sifatnya haram. Najis bila melalui proses penyucian yg syar’i, dia bias berubah menjadi suci. Namun apakah sesuatu yg haram itu ada proses penyuciannya dalam Islam sehingga menjadi halal? Setau saya, proses yg bias mengubah sesuatu yg haram menjadi halal itu Cuma satu pakdok. Yaitu PERNIKAHAN :D 

Dr. P: Sebagai para dokter kita perlu memahami konteks ini agar dapat berdiskusi dengan pasien yang mempunyai kesalah-pahaman terhadap vaksinasi dengan informasi keliru khususnya yang berkaitan dengan ajaran agama (Islam). 

Tanggapan: justru kelompok andalah yang memiliki pandangan yang perlu diluruskan pakdok, terutama tentang wabah. Ini saya kutipkan hadits tentang wabah:

Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash di hadapan sahabat Usamahbin Zaid tentang penyakit/wabah tha’un, maka sahabat Usamah bin Zaid mengabarkan bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pernah menjelaskan tentang hal ini dengan sabdanya: “Sesungguhnya penyakit ini adalah kotoran yang dengannya Allah mengadzab sebagian umat sebelum kalian, kemudian tersisa di bumi, kadangkala ia hilang dan kadangkala ia datang kembali.” (HR. Muttafaqun’alaih).

Dikatakan bhw wabah itu kadang hilang, kadang kembali, tentu dengan kehendak Allah, lalu bagaimana anda dan kelompok anda menyalahkan orang2 yg menolak divaksin sbg penyebab wabah? Adakah anda mengingkari hadits ini?

Dr. P: Diharapkan dengan diskusi intensif dengan pasien yang masih ragu kita bisa meyakinkan bahwa vaksinasi itu halal dan aman dan tidak ada seorang pun ulama di negara-negara muslim melarang program vaksinasi ini.

Tanggapan: hati-hati mengatakan vaksinasi itu halal tanpa disertai penjelasan yang komplit akan hak informed consent para orang tua sebelum memvaksin anak mereka. Bukankah fatwa yang anda bawa menyatakan vaksin itu mubah? Mengenai keamanan vaksin, sudah banyak fakta membuktikan bahwa vaksin itu tidak aman. Adanya KIPI menunjukkan keamanan vaksin masih perlu dibuktikan lebih lanjut.


Dr. P: Semoga kegalauan masyarakat karena isu tidak bertanggungjawab dari para pegiat antivaksinasi bisa terlokalisir bila para dokter juga mampu berdiskusi dengan lebih baik.

Tanggapan: kami bukan penggiat antivaksinasi pakdok. Kami pro imunisasi halal thoyyib. Dan kami bertanggung jawab penuh dengan pilihan kami dengan memberikan solusi-solusi menjaga imunitas tubuh menggunakan bahan-bahan alami halal thoyyib. Masih banyak cara mencegah penyakit serta meningkat imunitas tubuh selain vaksin. Semoga anda dan rekan anda mampu memberi kebebasan pilihan bagi kami dalam menjaga kesehatan anak-anak kami tanpa memberi kabar-kabar hoax seputar herd immunity theory dan kisah-kisah fear mongering. Wassalam