Selasa, 31 Oktober 2017

THINK GLOBALLY, ACT LOCALLY

Most of problems in life comes from these two:
1. We act without thinking
2. We keep thinking without acting
~quote by Muhammad Assad, author of Notes from Qatar*

Quotation yang saya temukan pagi ini di history timeline facebook menjadi bahan perenungan hari ini. Menjumpai orang-orang dengan dua jenis di atas. Yang pertama, orang yang beraksi tanpa berpikir matang. Oh jangan salah, ?mereka berpikir koq, tapi tidak sampai matang. Tidak memperhitungkan efek kedepannya. Tidak mengantisipasi imbas yang didapat dari aksinya tersebut. Tentu saja ada aksi pasti ada reaksi. Sikap apa yang kita harapkan muncul dari orang yang kita perlakukan secara tidak hormat? Pastinya hilang rasa hormat tersebut pada kita. Dan itu tak hanya menimpa kita, tapi berimbas pula pada orang di sekitar kita yang tak ikutan melakukan perbuatan tadi. Ada aksi, maka ada reaksi. Kalo sudah begini bisa apa? Satu-satunya jalan ya menerima reaksi itu disertai pemakluman yang besar. Beri udzur istilahnya. Walau pahit pastinya. Dan itu yang saya rasakan. Tapi saya berusaha meyakinkan diri bahwa reaksi itu bukan ditujukan ke saya pribadi. Lebih ke secara umum. Dengan begitu saya tak terlalu kecewa ketika mendapat respon yang jauh dari harapan.

Lalu ada orang jenis kedua. Mikir mulu tapi ga beraksi. Pemikirannya hanya sampai di lisan tidak sampai dieksekusi. Istilahnya mungkin yang tepat itu NATO kali ya. No action, talk only. Pemikirannya hanya jadi wacana. Tidak ada gereget untuk mewujudkannya. Yang seperti ini ada banyaaak. Ujung-ujungnya hanya jadi komentator. "Coba kalo kemarin bilang aku, kan bisa aku cariin."
"Coba kalo saya tau, pasti ga gini. Padahal saya tinggal ngomong ama temen saya bla...bla...bla..."
Kritikus iya, solutif bukan.
Nyinyirun kalo bahasa zaman now hahaha...

Ada kalanya kita mesti menjemput bola pada sumber masalah. Langsung cari tahu akar masalahnya apa. Terus berpikir solusinya. Kalau hanya berhenti di sikap NATO dan skeptis ya ga akan berubah.
Jadilah orang yang solutif. Tak bisa cari solusi ya cari orang lain yang bisa membantu menemukan solusi. Intinya ya itu tadi, jadilah orang yang solutif. Penyelesai masalah. Bukan pembuat masalah.

Ada juga yang terjebak dalam pola pikir NATO itu karena berpikirnya terlalu besar, bermimpi besar, tapi hanya sampai di angan-angan. Tidak tahu cara untuk mewujudkan mimpi itu. Tak mau memulai dari hal kecil dan sederhana. Lah gimana mau menghasilkan hal besar kalau hal kecil saja tak mau melakukannya. Jangankan melakukan, melirik pun tidak. Karena terlalu meremehkan hal kecil itu tadi.
"Ah, yang begitu mah receh."
Ya kan sejuta kalau kurang seratus receh bukan sejuta namanya. Namanya cuma 999.900. Bukan sejuta. Semilyar kalau kurang seratus receh tetep bukan semilyar namanya. Makanya jangan meremehkan hal kecil.

Bermimpi besar itu boleh. Harus malahan. Tapi jangan lupa dipetakan langkah-langkah selanjutnya untuk mencapai mimpi itu. Ikhtiar. Itu tugas kita. Nanti biar Allah yang membantu kita menuju ke sana. Karena Allah juga melihat sejauh mana dan seserius apa ikhtiar kita. Kalau Allah ridho, bukan hal yang sulit bagi Allah untuk menjadikannya terwujud.

-ecp-
01-11-2017
*menulis adalah menasihati diri sendiri*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar