Jumat, 25 Agustus 2017

Apologize..(sebuah curhat dari seorang teman..)

27 Juli 2009

"Katanya memaafkan itu is a hard thing to do. Memaafkan itu sulit sekali manakala hati sudah terluka. Butuh waktu dan tempat untuk melakukannya. Tapi apa iya?lebih sulit mana dengan meminta maaf?
Aku manusia biasa yang memiliki rasa marah, dan tak kuasa mengendalikan rasa marah itu. Dan ketika aku menyakitimu dengan sikapku, itu semata-mata aku dikendalikan oleh emosiku. Tapi aku berusaha untuk tidak mengeluarkan kata2 yang akan semakin menyakitimu. Namun kenyataannya kau pun jadi ikut marah ke aku..
Sebenarnya yang boleh marah itu kan aku!Tapi kenapa malah engkau yang marah?
Ah,aku jadi pusing!Aku pun pergi ke kamarku untuk menenangkan diriku dan menurunkan emosiku. Alhamdulillah berhasil.
Tapi kenapa engkau malah semakin marah padaku?
Aku jadi bingung,serba salah, tak tenang, gelisah di hati,resah yang tak bertepi.Aah...sebenarnya siapa yang seharusnya marah sih?Pertanyaan itu terus terngiang dalam pikiranku.
Akhirnya waktu sholat maghrib pun tiba. Kulakukan sholat dengan segera. Kuadukan semua kegelisahan hatiku pada-Nya,Sang Pemilik Hati,Sang Pembolak-balik Qolbu. Tunjukkan ya Allah, mana yg benar dan hilangkan keresahan di jiwaku,agar kudapat berujud pada-Mu,demikian pintaku. Jadikanlah Qur'an sebagai penuntun jiwaku,cahaya hatiku,penghilang kegelisahanku. Dan air mata ini pun berderai membasahi pipi. Mengapa aku menangis?haruskah aku menangis ketika aku seharusnya bukan di pihak yang salah?jeritku dalam hati. Namun,sesuatu dalam hatiku berbisik,'tidak!janganlah melihat mana yg benar mana yg salah.Tapi mana yg menjadi pemenang di mata Allah'.Dan hatiku tersadar. Ya..ini bukan masalah menang-menangan di hadapan manusia. Tapi bagaimana kita menang-menangan di mata Allah. Apa sih yg sebenarnya kuharapkan?bahwa aku merasa menang dari engkau?tapi kenapa di hati ini tetap ada rasa bersalah?mungkin rasa bersalah itu adalah alarm dari hati nurani,pikirku. Hati nurani sedang mengingatkanku,hey jiwa yang resah,jadilah kau pemenang dari ujiannya ini. Cukuplah Allah yang tahu tentang yang sebenarnya. Ayo...bangkitlah,tunjukkan kebesaran jiwa. Mungkin begitu ya teriak hati nuraniku untuk menyemangati aku. 
Lalu kusudahi sholatku.
Kubangkit dari sajadahku.
Kumantapkan hatiku,yang aku sendiri tak tahu dari mana tiba-tiba datangnya kemantapan itu.
Kuhampiri dirimu,yang sedang terduduk diam membisu.
Langkah menuju dirimu,janganlah kau kira suatu langkah yang ringan. Sungguh berat untuk melangkahkan kakimu untuk menuju dirimu,manakala ego ikut memberatkan setiap jejak langkahku.
Akhirnya akupun sampai padamu.
Kucium tanganmu.Dan kukatakan dengan sedikit tergetar,'maafkan aku.Maafkan aku yang sudah menyakitimu. Tak seharusnya aku marah seperti itu padamu.Maafkan aku.'
Aku segera menyudahi permintaan maaf itu,karena mulutku semakin bergetar. Aku tak mampu menahan air mata yg mulai menetes di pipiku.Ya,sudah kukatakan padamu,I'm sorry.
Kukecup pipimu dan puncak kepalamu.Engkau masih saja terdiam. Tapi aku tahu engkau pun sebenarnya tak mampu menahan air mata yang akan keluar dari matamu. Dan akupun merasa engkau pun memaafkan aku. Walau bukan di hari itu.
Kutinggalkan dirimu yang masih membisu.
Segera aku pergi darimu.
Kulangkahkan kaki berjalan menyusuri malam yg mulai gelap.
Air mata kembali bercucuran di pipiku. Deras. Aku sesenggukan. Tak mampu kucegah. Ada rasa sedih, sedikit kecewa. 
Tapi yang aku heran,rasa resah dan gelisah di hati mendadak hilang. Seolah ikut hanyut bersama air mata yang mengalir. Bersama kata-kata maaf yang meluncur dari mulutku tadi. Yang ada sekarang hanyalah rasa lega, jiwa yang lapang, dan hati yang tenang. 
Kupandang bulan sabit di atas langit sana. Membentuk seulas senyuman. Seolah langit tersenyum padaku. 
Adakah Allah sedang tersenyum padaku juga?Wallahu'alam.
Tapi aku berikan senyumku pada Allah,atas terhapusnya gundah dari hatiku. Aku hanya bisa berharap Allah pun akan menerima permintaan maafku.
Amin."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar