Jumat, 25 Agustus 2017

UANG HILANG

25 November 2009

Bu Arif tiba-tiba panik.Matanya membelalak tak percaya.Tangan kirinya merogoh-rogoh saku jaket birunya yg sebelah kiri.Ga ada.Diulanginya lagi merogoh.Kali ini lebih hati-hati.Masih ga ada. Dicobanya saku baliknya.Jaketnya adalah model yang bisa dipake bolak-balik.Tetep aja ga ada.Keringat dingin mulai mengalir membasahi pelipisnya.Mati aku,mati aku!seru Bu Arif dalam hati.Ke mana uang itu ya?semakin resah dirinya tak menemukan yang dicarinya.Aduh,celaka aku.Tanggal tua gini mo ganti dari mana?pikirnya.
Saat itu ia baru saja tiba dari sekolah setelah menjemput anak bungsunya Aji di TK.Sesampainya di rumah entah mengapa ia baru teringat akan uang itu.Namun manakala usahanya mencari yg dimaksud tak kunjung ketemu dalam saku jaketnya,Bu Arif pun memperluas pencariannya.Mulailah ia berjalan menyusuri rumahnya mulai dari depan sampai belakang sambil merunduk ke bawah.Kepalanya memusatkan konsentrasi ke arah lantai.Matanya dibuka lebar-lebar seolah tak mau kehilangan satu titik pun.Ga ada.
Ia masuk ke kamar tidurnya.Terakhir yang ia ingat,tadi ia memasukkan tas plastik yang ia pelintir ke dalam saku jaket itu,di tempat yang sama dengan uang itu berada.
Sebenarnya uang itu tidaklah terlalu besar nilainya.Yaitu 50rb rupiah.Tapi uang itu bukan miliknya.Uang itu titipan Bu Kiki,org tua murid di sekolah yg sama dengan anaknya.Bu Kiki titip uang ke Bu Arif sebagai tabungan.Bu Kiki ndak mau nabung di bank.Katanya,nanti kepotong administrasi lah tabunganku habis bu. "Aku percaya ama Bu Arif.Aku titip ama sampeyan aja.Lagian biar ambilnya juga gampang,ga usah ke ATM," begitu alasan Bu Kiki.Saat itu sebenarnya Bu Arif agak keberatan dan itu sudah disampaikannya ke Bu Kiki.
"Bukan saya keberatan dalam arti ndak mau,Bu.Tapi keberatan ama tanggung jawabnya ini loh.Titipan itu kan amanah,apalagi uang.Saya takut ama beratnya tanggung jawab itu,"jelas Bu Arif.
"Tapi aku percaya koq ama Bu Arif.Sampeyan orangnya jujur.Saya tahu itu,"kata Bu Kiki.
Terharu juga Bu Arif dipercaya ama seorang temen sedemikian besarnya.
"Yo wis bu,aku trima.Tapi berat nih tanggung jawabnya!seru Bu Arif sambil tersenyum pada Bu Kiki.

Dan uang itu secara ajaib tiba-tiba hilang!
Bukan secara ajaib sih.Namun entah bagaimana,seolah-olah Bu Arif merasa teralihkan dengan uang itu untuk beberapa saat padahal dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.Cuma satu jam.Dilupakan untuk sesaat.Mungkin istilahnya yang paling pas "short-term memory lost" kayak Dory di Finding Nemo. Atau "local amnesia",or whatever.Dan ketika ingat akan keberadaan uang itu,ketika Bu Arif hendak menyimpannya di tempat yang aman,uang itu pergi entah kemana.
Dalam hati Bu Arif menyalahkan diri sendiri,ngapain juga aku terima uang itu tadi.Lah sekarang hilang malah jadi tekor nih!Mana tanggal tua lagi!Pelataran garasi rumahnya dijelajahi dengan teliti.Matanya tak bisa menutupi kegelisahan hatinya akan uang 50rb yang menghilang dengan tanpa pemberitahuan itu.Duh,kemana ya?koq bisa ya?tadi gimana sih?koq bisa ga ingat ya?pertanyaan itu bertubi-tubi menghujani pikirannya.Resah menguasai hatinya.Ah,mungkin jatuh di sekolahan tadi!serunya dalam hati.Bergegas ia masuk rumah mengambil kunci motor di atas lemari.Dipakainya sarung tangan da kaus kaki.Matahari sangat menyengat saat itu,semakin menambah kegelisahan hatinya.

Tak lama ia sudah sampai di sekolah anaknya.Dicarinya Pak Sam,penjaga sekolah.Bapak tua itu tampak sedang memasukkan kendaraannya ke dalam rumah.Beliau memang tinggal di dalam lingkungan sekolah.
"Pak,maaf.Apa Pak Sam keliatan ada uang jatuh 50rb di sekitar sini ya pak?"tanya Bu Arif dengan wajah cemas penuh harap.
"Loh?uangnya hilang bu?"tanya Pak Sam.
"Iya ni pak.Lima puluh ribu.Apa Pak Sam nemu ya?"Bu Arif kembali bertanya.
"Mmm...saya koq kayanya ndak keliatan uang 50rb jatuh di sini ya bu,"jawab Pak Sam dengan pandangan penuh simpati. Mungkin beliau kasihan melihat Bu Arif di siang hari yang panas menyengat (padahal baru jam 10 pagi sih) sibuk mencari uang yang hilang.
"Oh,ndak ada ya pak?"sahut Bu Arif lemah.Dengan tubuh gontai,Bu Arif kembali ke sepeda motornya di luar halaman sekolah dan mengendarainya kembali pulang.

Sepulangnya menjemput Yasmin,putrinya yang kedua,yang baru kelas 2 SD, Bu Arif masih penasaran dengan misteri uang hilang itu hingga tak sadar ketika Yasmin putrinya menarik-narik tangannya.
"Bu,ini loh.Hasil tes IQnya dah dibagi,"kata Yasmin penuh semangat.Bu Arif menoleh ke putrinya,lalu ia teringat tes IQ 3 bulan yang lalu,yang hasilnya sudah ditunggu-tunggunya.Masa sih hasil tes segitu lama baru jadi,pikirnya agak protes.Dibukanya lembaran kertas tes itu.Tertegun Bu Arif menatap angka yang tertera dalam kertas.
Seratus sembilan belas.Yup,119.Hasil tes IQ Yasmin 119.Melongo Bu Arif memandangi kertas.Lalu ia menoleh ke arah putrinya.
"Wah,Alhamdulillah nak.Kamu hebat ya?119 itu angka yang tinggi loh!"tukas Bu Arif dengan semangat. Dibaliknya kertas itu.Di sana tertera daftar urutan angka dan kategorinya.Dicarinya range angka 119 masuk ke kategori yg mana.Ketemu. Ternyata "di atas rata-rata".Bukan "rata-rata atas".Tapi di atas rata-rata.Satu angka lagi sudah masuk ke arah semi superior.

Hari sudah beranjak ke tengah hari.Bu Arif sedang dalam perjalanan dengan motornya ke warung bakso milik temennya.Ibundanya lagi pengin bakso di siang itu.Maka Bu Arif dengan senang hati pergi. Tapi sepanjang perjalanan,pikirannya masih belum lepas dari rasa penasaran dengan hilangnya uang itu. Agak kurang konsentrasi juga ia mengendarai motor.Namun,sekejap ia merasa diingatkan dalam hatinya.Biasanya mulutnya tak lepas dari dzikir.Tapi gara2 kepikiran uang hilang,dzikirnya terlupa.Masya Allah!serunya dalam hati.Segera saja ia melantunkan dzikir Al Maqalid selama bermotor ke warung bakso itu.Laa ilaa ha illallohu allohu akbar subhanalloh wal hamdulillah astaghfirulloh walaa haula walaa quwwata illah billah,huwal awwalu wal aakhiru wadh dhoohiru wal baathin lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiit wahuwa hayyun laa ya muut bi yadihil khoiru wahuwa 'alaa kulli syai-in qodiir.Terus dilantunkannya dzikir itu untuk menenangkan hatinya.

Akhirnya tiba juga Bu Arif di warung bakso temennya.Namanya Bu Indah.Sudah bertahun-tahun ia menjalankan bisnis milik pakdenya,katanya sih.Warung Bakwan Bago.Baksonya enak,per bijinya 2500 rupiah.
Melangkah masuk ke warung,tampak Bu INdah sedang duduk sambil sesekali manthuk-manthuk menahan kantuk.Dilihatnya senyum mengembang menyambut kedatangan pelanggan pertama hari itu. Baru buka bu,begitu kata Bu Indah.
"Mbak,aku tolong bungkusin gorengan 2 dan penthol halusan 2,yang kasaran 1,"ujar Bu Arif.
"Ok,mbak.Buat sampeyan ta?"tanya Bu INdah.
"Bukan mbak.Ibuku lagi pengin nih.Siang-siang makan bakso yang puedhes katanya,"jawab Bu Arif.
"Hmm..bener mbak.Memang untuk orang tua apa yang dipengin kita sih hayuuk aja ya,"kata Bu Indah lagi.
"Bener mbak.Namanya juga kita jadi anak.Dah kewajiban lah,"tukas Bu Arif.
Bu Indah mengambil plastik,membuka lebar2 supaya tangannya tak terkena kuah panas bakso.Bu Arif terkejut manakala dilihatnya Bu Indah menyendokkan 5 biji penthol ke dalam plastik.
"Loh..loh..mbak!Aku beli 3 aja koq,"seru Bu Arif.
"Wis ta laah,"sahut Bu Indah dengan logat jawa yang khas,tanpa memperdulikan protes dari Bu Arif.
"Aduh mbak!jangan gitu po'o.Ga enak aku.Nanti aku ga mau beli sini lagi loh?"ancam Bu Arif dengan nada bercanda.
Bu Indah cuma tersenyum dan tetap meneruskan bungkusan bakso tadi.
Akhirnya selesai sudah bungkusan itu,Bu Arif memberikan uang 20 ribu rupiah sebagai pembayaran. Kalau semua dihitung 5 item berarti totalnya 12.500 rupiah.Kembaliannya 7.500 rupiah.
"Sebentar ya mbak,aku tukerin kembaliannya,"kata Bu Indah lalu masuk ke bagian dalam warungnya.
Sementara itu datang seorang pembeli ke warung bakso itu.Seorang anak muda.Dengan sabar ia menanti dilayani sang penjual.Tak lama Bu Indah pun keluar dan memberikan uang kembalian ke Bu Arif. Jumalahnya 10 ribu rupiah.
LHO?
"Koq 10rb rupiah sih mbak?kan kebanyakan!?"protes Bu Arif.
Lagi-lagi Bu INdah menampik tangan Bu Arif yang hendak mengembalikan uang itu.
"Wis ta laah,"jawabnya masih dengan logat jawa yang sama.
"Eh,aku emoh kalo gini mbak.Temenan iki,aku ga beli sini lagi loh?"ujar Bu Arif keberatan.
"Hus,jangan gitu.Wis diterima aja.Sudah,sudah!ada orang beli nih"sahut Bu Indah sambil tertawa geli.
Bu Arif pun hanya bisa tersenyum sambil menggumamkan kalimat terima kasih perlahan pada temannya itu.Sang teman hanya mengangguk.Ketika melangkahkan kaki keluar dari warung itu lamat-lamat didengarnya si anak muda yang sedari tadi menunggu akan beli bakso berkata,baksonya dibungkus 5 porsi bu.Wuah..seru Bu Arif dalam hati.Langsung laris tu Bu Indah gara-gara ngasih imbuhan bakso ke aku,pikirnya sambil tersenyum geli.

Sesampainya di rumah untuk meletakkan bakso bungkus tadi,Bu Arif bersiap untuk menjemput anak sulungnya yang klas 3.Sudah jam 11.30.Agak terlambat nih,mungkin si kakak sudah nunggu,pikir Bu Arif. Tapi pas ia hendak keluar rumah,dilihatnya si sulung datang.
"Loh?sama siapa,Nak?"
"Tadi dianter mamanya Pratowo,bu"
"Alhamdulillah.Kamu sudah bilang terima kasih,Nak?"
"Ya bu,"jawab si sulung.
Bu Arif menghela napas lega.Bersyukur ia,anaknya ada yang nganter sehingga ia tak perlu keluar di udara sepanas ini.Namun rasa lega itu hanya bertahan sebentar.Rasa panik kembali menghampirinya.Uang yang hilang itu belum ketemu!Aduh,piye iki!keluhnya dalam hati.

Malam hari di dalam kamarnya yang hening,Bu Arif merenungkan kembali misteri uang yang hilang tadi siang.Kesibukan dirinya mencari uang yang hilang.Rasa lelah sedikit menghinggapi hatinya.Namun dalam perenungannya ia tersentak.Hei..ini cuma uang 50rb loh.Baru kehilangan uang 50rb aja sudah bingung. Apalagi kalau kehilangan uang ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah yaa?tapi ini bukan masalah jumlah uangnya.Bu Arif tak ingin menyepelekan arti besar kecilnya uang.Uang tetaplah susah dicari. Kalau dibilang 'cuma' 50rb,koq seolah-olah tidak menghargai uang ya?Tapi kalau dipikir terlalu dalam juga berarti terlalu membesar-besarkan uang yang sebenarnya hanyalah bagian dari duniawi.Mau 50rb kek,50 juta kek,50 milyar kek,semua kan hanya milik Allah datangnya.Kalau memang hilang ya berarti waktunya hilang.
Koq waktunya hilang?
Perdebatan terjadi dalam pikiran Bu Arif.Hatinya masih tak tenang.Rasa penasaran begitu menguasai pikirannya.Sepertinya ada rasa tak terima dan tak percaya.Selama ini dirinya begitu berhati-hati dalam menyimpan uang.Lebih-lebih lagi dalam hal menjaga keprcayaan dari orang lain.
Tapi ini memang salahku juga,renung Bu Arif.Kenapa aku tadi mengatakan keberatan pada Bu Kiki ya? Harusnya aku tak usah berkata seperti itu.Gara-gara mengeluh keberatan itu akhirnya Allah menjadikan hal ini berat bagiku.Ah,bodohnya aku.Pikiranku teralihkan karena uang.Ibadahku terlupakan karena masalah duniawi.Rupanya aku masih kurang percaya diri pada Allah.Dzikirku terlupakan.Ah,bodoh!sesal Bu Arif dalam hati.
Dalam kamarnya,perlahan Bu Arif menengadahkan kedua tangannya seraya memohon kepada yang Maha Pemberi Rejeki.
"Astaghfirullohal adhiim.Ya Alloh.Ampunilah hamba yang terlena sejenak hanya karena selembar uang 50rb rupiah.Aku tahu ini salahku.Kalau memang ini kehendakMu untukku,aku terima Ya Alloh.Aku terima bahwa uang itu hilang.Biarlah uang itu menjadi rejeki bagi yang menemukannya.Jadikanlah uang itu barokah bagi yang menemukannya.Mungkin yang menemukan lebih membutuhkan uang itu dariku.Maka ridhoilah Ya Alloh.Dan semoga Engkau mengembalikan padaku dengen berlipat lagi.Amin"
Bu Arif mengakhiri doanya dengan agak tersenyum kecut.Ih,malu nih,masih minta ganti sama Alloh.Minta berlipat lagi!Tapi boleh kan?Mintanya loh sama Alloh,bukan ke selain Alloh!Bu Arif membela diri.Lama2 dia merasa konyol juga terlalu disibukkan dengan pergulatan bathin seputar uang hilang tadi.
Bu Arif sedang libur sholat,namun tak berarti libur dzikir kan.Maka ia teringat dzikir yang diajarkan Rasululloh SAW ketika hati kita resah.
Laa ilaaha illallohul 'adhiimul haliim
Laa ilaaha illallohu robbul 'arsyil 'adhiim
Laa ilaaha illallohu robbus samaawaati wa robbul 'ardli wa robbul 'arsyil kariim
Laa ilaaha illa anta
Subhaanaka inni kuntu minadh dhoolimiin
Yaa hayyu yaa qoyyumu
birohmatika astaghiitsu
Terus dia basahi lisannya dengan dzikir itu sampai hatinya tenang.Keresahannya sedikit demi sedikit mulai sirna.Dihapuskan oleh tangan tak terlihat.Dan yang mulai muncul dalam hatinya adalah cahaya keikhlasan dan penerimaan atas kehendak Alloh atas kejadian uang hilang itu.Kembali bibirnya menyunggingkan senyum.Ya Alloh..duit hilang segitu aja,hebohnya ga ketulungan.Panik luar dalam. Rasa malu kembali menghampiri benak Bu Arif.Harusnya ia langsung beristighfar saat mengetahui uang itu hilang dan lebih berpasrah diri padanya.Perlahan namun pasti keyakinan muncul di hati.
Iya ya,serunya dalam hati,aku tak boleh berprasangka buruk sama Alloh.Kalau aku terus bersikap penasaran tentang bagaimana uang itu bisa hilang,berarti itu aku juga berprasangka buruk sama Alloh. Naudzubillah!!Padahal Allah sudah berfirman,"Aku sesuai prasangka hambaKu".Ampun ya Alloh. Maafkan hambaMu ini yang masih perlu terus diingatkan,nasih perlu terus diberi pelajaran.Tapi terima kasih kepadaMu ya Alloh bahwa aku masih bisa diingatkan .Apa jadinya aku bila tidak Engkau ingatkan. Bila Engkau saja tak sudi mengingatkan aku maka kepada siapa lagi aku dapat menghadap?
Pelupuk matanya menjadi panas.Pelan-pelan bulir airmata keluar dari sudut matanya.Ah,begitu mudahnya aku dilenakan oleh uang.Ah,ternyata diri ini masih lemah.Duh,Gusti,kumohon datangnya kekuatan dariMu.

Keesokan paginya,ketika sampai di sekolah anak bungsunya,beberapa orang ibu sudah mengetahui uangnya yang hilang dari Bu Sri,salah seorang guru yang sempet ditelpon Bu Arif untuk menanyakan apakah ada ibu2 yang menemukan uang 50rb.Ibu2 itu mendatanginya dan berkomentar dengan nada simpatik.Semua ikut prihatin dengan hilangnya uang itu.Terharu juga Bu Arif dengan perhatian dari ibu2 di situ.Tapi ia menyambut semua itu dengan senyum tulusnya,meskipun sorot mata sendu masih tak dapat disembunyikannya.
"Sudah ketemu Bu Arif?"
"Nggak bu"
"Walah koq bisa hilang sih?hilangnya di mana?"tanya yang lainnya.
"Wah,kalau tau dimana ya bukan hilang namanya,Bu,"jawab Bu Arif sambil bercanda.
Tiba-tiba Pak Sam menghampiri Bu Arif.
"Bu,ketemu uangnya!"
HEH??
"Iya bu,ini loh ketemu uangnya!"seru Pak Sam lagi.
"Loh,ketemu di mana Pak Sam?"tanya Bu Arif tak dapat menyembunyikan kegembiraannya.
"Kemarin waktu sampeyan datang ke sini siang2,saya belum tanya istri saya.Yang nemu istri saya pas nyapu halaman sekolah,deket bunga-bunga katanya,"jawab Pak Sam.
"Alhamdulillaah..!!!"ucap syukur terlontar ketika Bu Arif menerima selebar kertas biru uang 50 ribu itu.
"Alhamdulillah ya mbak,"sahut mamanya Abi,"berarti uang itu masih uang sampeyan, Kalo enggak,ya gak dikembalikan sama Alloh"
"Iya mbak,"tambah Bu Kiki si pemilik uang yang tak tahu bahwa uang yang hilang itu sebenarnya milknya yang dititipkan,"sampeyan orang baik sih,makanya Alloh ngembalikan lagi"
Bu Arif semakin tersenyum lebar.Bersyukur pada Alloh tak henti2nya dipanjatkan sedari tadi.
Ya,Alloh mengembalikan uang itu.
Hilang 50ribu,kembali 50ribu.
Kembali 50ribu?Bu Arif mengernyitkan dahinya.
Tidak,tidak!Alloh mengembalikan padaku lebih dari 50ribu,pikirnya.
Ia kembali pada perenungannya seharian berkutat dalam pencarian uang hilang kemarin.
Tidak,Alloh mengembalikan padaku jauh lebih besar dari nilai uang itu.Coba dihitung,aku beli bakso dapet bonus tambahan bakso.Anak sulungku pulang sekolah dianter oleh orang lain.Hanya Allah yang tahu bahwa Dia yang sejatinya mengirimkan malaikat pelindungnya untuk menjaga anakku sepanjang perjalanan pulang.Dan Yasmin,anak keduanya,mendapat skor IQ 119,tertinggi di kelasnya,yang demikian itu apa bisa dinilai dengan uang.
Bu Arif teringat perkataan Yusuf Mansur.
Seringkali manusia menilai hal2 yang sepele hanya sambil lalu.Tak ada nilainya.Padahal kalau kita mau menajamkan mata hati kita,jawaban dari Alloh jauh lebih bernilai.Bu Arif tak bisa membayangkan,apa jadinya sekiranya Alloh tak mengirimkan malaikat untuk menjaga anaknya.Adalah hal yang biasa bila seorang teman mengantarkan anak temannya pulang sekolah.Namun bila terjadi apa2 sepanjang perjalanan,siapa yang tahu.Maka perlindungan Alloh lewat malaikatnya tak ternilai harganya dibanding hilangnya uang 50ribu itu.Keselamatan,kecerdasan anak2nya,rejeki dalam hal makanan,hal-hal yang sepintas sepele yang terjadi pada Bu Arif sesungguhnya terkandung keajaiban yang luar biasa. Karena nikmat Alloh adalah tak terbatas.Maka sudah sepatutnyalah rasa syukur kita sebagai manusia juga tak terbatas pada yang tampak dalam hal duniawi seperti uang saja.Kembali Bu Arif mengucapkan syukur tak terhingga atas diketemukannya uang itu dan atas pelajaran hikmah yang telah diperolehnya sehari kemarin.Pelajaran hidup yang mahal,yang tak akan didapat dengan mudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar